Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Agro Baru, AGRI Berpeluang Maksimalkan Kapasitas Produksi

Hingga saat ini, asosiasi menyatakan kapasitas pabrik yang digunakan baru 3 juta ton, sedangkan kemampuannya bisa mencapai 5,5 juta ton.
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Alat khusus pengangkat mengatur tumpukan karung berisi gula rafinasi di salah satu pabrik di Makassar, Sulsel, beberapa waktu lalu./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri gula rafinasi menilai adanya rencana investasi sekitar Rp32,5 triliun yang akan masuk pada sektor agro untuk periode 2019-2023 akan membantu meningkatkan kapasitas produksi pabrikan saat ini.

Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Bernardi Dharmawan mengatakan saat ini kapasitas produksi 11 pabrikan gula rafinasi hanya berkisar 60 persen. Hal itu lantaran mengikuti permintaan dari industri yang membutuhkan.

"Sejauh ini kapasitas yang masih digunakan baru 3 juta ton sementara kemampuan kami bisa 5,5 juta ton. Tentu akan bagus jika ada investasi baru lalu permintaan industri meningkat," katanya kepada Bisnis, Rabu (11/11/2020).

Sementara itu, Bernardi memperkirakan bakal ada peningkatan 5 persen dari kebutuhan tahun ini 3,2 juta ton.

Adapun untuk investasi pabrik gula rafinasi baru, Bernardi kembali memastikan hingga saat ini belum ada rencana pengembangan pabrik gula baru. Bahkan, semenjak Perpres 36/2010, pabrik gula kristal rafinasi tidak dapat dibangun baru karena masuk ke daftar investasi tertutup.

Menurutnya, regulasi saat ini mewajibkan semua industri gula yang baru harus terintegrasi dengan kebun tebu. Alhasil, anggota AGRI hanya akan tetap berjumlah 11 pabrik saja.

"Untuk pabrik baru pemerintah menargetkan guna pemenuhan gula konsumsi atau gula kristal putih [GKP], sebagian anggota AGRI sudah ada yang berinvestasi di Industri GKP dan masih ada juga yang mulai membuka kebun tebu," katanya.

Namun, Bernadi mengemukakan, investasi itu tidak untuk memasok bahan baku menjadi gula kristal rafinasi, melainkan untuk memenuhi defisit GKP. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper