Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Indef: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Bisa Minus Lagi

Prediksi tersebut dibuat dengan asumsi pandemi yang masih relatif tinggi dan penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi di kuartal empat yang diperkirakan hanya sebesar maksimal 70 persen.
Sejumlah warga menunggu kedatangan Bus Transjakarta di Halte Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (14/10/2020)./ANTARA FOTO-Aprillio Akbar
Sejumlah warga menunggu kedatangan Bus Transjakarta di Halte Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (14/10/2020)./ANTARA FOTO-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal empat masih berada di zona negatif alias terkontraksi.

"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan empat sebesar minus 2 persen year-on-year," ujar Direktur Tauhid Ahmad dalam konferensi pers, Minggu (8/11/2020).

Tauhid mengatakan prediksi tersebut dibuat dengan asumsi pandemi yang masih relatif tinggi dan penyerapan anggaran program pemulihan ekonomi di kuartal empat yang diperkirakan hanya sebesar maksimal 70 persen.

Ekonomi Indonesia resmi memasuki masa resesi ekonomi dengan dua kali berturut- turut mengalami pertumbuhan negatif yakni -5,32 persen pada kuartal II/2020 dan -3,49 persen pada kuartal III/2020.

Meskipun membaik, dia melihat pemulihan ekonomi Indonesia tampak lebih lambat dari sejumlah negara lain.

Pelambatan pemulihan ekonomi selain disebabkan masih tingginya kasus Covid-19 dengan kasus harian di atas 3.000 kasus per hari selama triwulan ketiga.

"Juga tidak bergeraknya investasi masyarakat, lambatnya penanganan Covid-19, penyerapan anggaran pemulihan ekonomi yang rendah, hingga konsumsi masyarakat yang masih stagnan," kata Tauhid.

Karena itu, dia berujar ancaman terbesar sesungguhnya bukan pada ekonomi namun pandemi yang masih berlangsung. Mengingat, data harian seluruh dunia menunjukkan pandemi masih fluktuatif, bahkan di sebagian negara Eropa menghadapi gelombang kedua.

"Kita tampaknya akan menghadapi gejala serupa dengan pelonggaran cuti panjang beberapa waktu lalu. Inilah yang akan tetap menjadi awan gelap kita ke depan," tutur Tauhid.

Untuk itu, ke depannya, Tauhid menyebut perlunya percepatan belanja pemerintah, baik belanja modal pemerintah maupun program pemulihan ekonomi nasional yang dirasakan masih belum optimal. Dia menyebut belanja pemerintah daerah pun perlu didorong lebih kencang lagi.

"Paling tidak belanja ketiganya bisa mencapai 95 persen pada akhir triwulan empat tahun 2020 akan sangat membantu sekali perekonomian nasional," ujar dia

Selain itu, Tauhid meminta pemerintah menggenjot konsumsi masyarakat, misalnya dengan memperbaiki skema bantuan sosial dan mengutamakan skema bantuan tunai.

Sementara itu, untuk mendorong konsumsi kelas menengah atas, diperlukan kampanye dan pengetatan protokol kesehatan pada pusat perbelanjaan, hotel, restoran, maupun destinasi pariwisata.

Di samping itu, dia mengatakan perlu ada terobosan penciptaan lapangan kerja dengan fokus pembangunan infrastruktur padat tenaga kerja, industri padat tenaga kerja hingga stimulus UMKM non restrukturisasi agar percepatan pemulihan lebih baik lagi.

"Serta memperbaiki pola penanganan pandemi dengan fokus pada penyadaran masyarakat menghadapi gelombang kedua pandemi, termasuk upaya serius dalam melakukan tracing agar gelombang kedua benar-benar tidak terjadi," ujar Tauhid.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper