Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi menyatakan telah menemukan solusi untuk menghindari potensi pembatasan produksi (curtailment) di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Jawa Timur.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menjelaskan bahwa, terkait dengan minyak mentah (crude) yang sebelumnya tak terserap telah ditemukan jalan keluarnya. Pertamina disebut akan menampung minyak tersebut.
Dengan demikian, opsi untuk ekspor crude dari Lapangan Banyu Urip urung dilakukan. Di samping itu, proses produksi dan lifting bisa tetap berjalan.
"Masih bisa ditampung Pertamina untuk sementara. Ini kita mau lifting 600.000 barel dulu," katanya kepada Bisnis pada Jumat (6/11/2020).
Berdasarkan data SKK Migas, hingga September 2020 realisasi lifting Mobil Cepu Ltd sebesar 215.202 barel oil per day (BOPD) atau 97,8 persen dari target lifting APBN 2020 yakni 220.000 BOPD dan 103,1 persen dari target WP&B teknis 2020 yakni 208.650 BOPD.
Sebelumnya, Arief Setiawan Handoko, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas mengatakan terdapat potensi pengurangan atau pembatasan produksi apabila stok minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip tidak segera dijual.
Baca Juga
Dia menuturkan, pandemi Covid-19 membuat Pertamina memiliki stok minyak yang berlebih dan kebutuhan dari kilang-kilang Pertamina untuk minyak mentah turut berkurang.
"Kalau tidak terjual potensi harus curtailment [dibatasi]. Kalau curtailment itu lucu saja, agak aneh kalau curtail. Di saat kita mau menggenjot produksi ini malah di-curtail,” katanya.
Untuk itu, rencana mengekspor stok minyak dari Lapangan Banyu Urip menjadi salah satu jalan keluar dari potensi curtailment. Arief mengatakan pihaknya telah telah meminta pendapat KPK agar bisa memuluskan rencana itu karena biasanya lelang minyak biasanya dilakukan di bawah harga ICP.
"Sudah ketemu KPK untuk izin atau minta pendapat apabila kita lakukan ekspor harga di bawah ICP dan libatkan beberapa pihak agar jaga compliance atau isu yang akan hadir di kemudian hari," ungkap Arief.