Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statitis melaporkan tingkat inflasi inti pada Oktober 2020 hanya mencapai 0,04 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Tingkat inflasi pada periode laporan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode September 2020 sebesar 0,13 persen dan Oktober 2019 sebesar 0,17 persen.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi inti pada Oktober 2020 tercatat sebesar 1,74 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Oktober 2020 sebesar 3,20 persen.
Dalam konferensi pers pada Senin (2/11/2020), Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan penurunan inflasi inti pada Oktober 2020 menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih belum pulih.
"40 persen [kelompok masyarakat] ke bawah karena terdampak Covid-19, banyak yang dirumahkan dan mengalami penurunan upah, [kelompok masyarakat] menengah atas menahan [belanja]," jelasnya.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memproyeksikan penurunan inflasi inti masih berpotensi terus berlanjut pada bulan-bulan ke depan.
Baca Juga
Penurunan ini menurutnya akan dipengaruhi oleh lambatnya distribusi vaksin yang akan berdampak pada kepercayaan konsumen dan masih akan menekan daya beli masyarakat.
"Kami melihat inflasi inti mungkin terus turun karena lambatnya distribusi vaksin, yang dapat menghambat kepercayaan konsumen dan meningkatkan ketidakpastian," katanya.
Meski demikian, inflasi secara umum pada Oktober 2020 mulai mengalami peningkatan. Tercatat, inflasi dari bulan ke bulan sebesar 0,07 persen mtm, secara tahunan 1,44 persen yoy, dan secara tahun kalender sebesar 0,95 persen ytd.
Inflasi ini dipengaruhi oleh peningkatan harga beberapa komoditas, di antaranya cabe rawit, bawang merah, dan minyak goreng. Inflasi terjadi pada 66 kota yang dipantau BPS, sementara 24 kota lainnya mencatatkan deflasi.
Wisnu memandang, perkembangan inflasi pada Oktober ini masih belum menjadi faktor yang akan mengubah sikap akomodatif Bank Indonesia.