Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DATA BPS: Kenaikan Daya Beli masih Semu, Orang Kaya Tahan Belanja

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan inflasi inti terjadi dipicu oleh kenaikan harga nasi dan lauk pauk. Namun, kenaikan ini diredam oleh harga emas yang mengalami penurunan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan penjelasan di sela-sela sosialisasi Satu Data Indonesia Menuju Revolusi Industri 4.0 di Jakarta, Senin (26/11/2018). Bisnis/Dedi Gunawan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan penjelasan di sela-sela sosialisasi Satu Data Indonesia Menuju Revolusi Industri 4.0 di Jakarta, Senin (26/11/2018). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Tren pelemahan inflasi inti semakin menjadi di bulan Oktober, meskipun indeks harga konsumen berbalik inflasi. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi inti pada Oktober mencapai 0,04 persen dengan sumbangan ke inflasi 0,03 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan inflasi inti terjadi dipicu oleh kenaikan harga nasi dan lauk pauk.

"Tetapi di sisi lain ada penurunan harga emas perhiasan yang memberikan andil ke deflasi," kata Suhariyanto dalam rilis BPS, Senin (2/11/2020).

Kendati demikian, Suhariyanto mengakui adanya penurunan daya beli di 40 persen kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah.

"Biasanya inflasi inti digunakan sebagai indikator daya beli, tap behavior masyarakat agak berbeda, 40 persen ke bawah karena terdampak Covid-19, banyak yang dirumahkan dan mengalami penurunan upah," ungkapnya. Sementara itu, dia melihat kelompok masyarakat menengah atas diduga masih menahan konsumsi. 

Dia menegaskan hal ini akan terlihat dalam rilis PDB Indonesia kuartal III/2020 pada 5 November 2020. 

Lebih lanjut, dia melihat inflasi inti tahunan sebesar 1,74 persen persen pada bulan Oktober ini lebih rendah dari posisi tahun lalu dan tahun 2019. Namun, posisi ini meningkat dari bulan September sebesar 1,32 persen.

Sementara itu, harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi dipicu oleh penurunan tarif angkutan udara dan tarif listrik yang andilnya masing-masing 0,03 persen dan 0,01 persen.

Adapun, harga barang bergejolak tercatat megalami inflasi 0,4 persen dan sumbangannya ke inflasi sebesar 0,07 persen. Kepala BPS menegaskan inflasi harga bergejolak ini disebabkan oleh peningkatan harga cabai merah, bawang merah dan minyak goreng.

Dengan demikian, inflasi Oktober ini lebih disumbang oleh harga bergejolak atau volatile price dari tiga komoditas pangan di atas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper