Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Covid-19, Industri Farmasi Jangan Didorong Privatisasi

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Transnational Institute mendesak agar industri farmasi di tingkat global, termasuk di Indonesia, tidak didorong ke arah privatisasi di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian. /indofarma.id
Pabrik PT Indofarma Tbk. Pada 2019, perusahaan farmasi milik negara itu berhasil mencetak laba setelah tiga tahun menderita kerugian. /indofarma.id

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Transnational Institute mendesak agar industri farmasi di tingkat global, termasuk di Indonesia, tidak didorong ke arah privatisasi di tengah kondisi pandemi Covid-19.

"Sistem kesehatan publik telah dilemahkan oleh meningkatnya privatisasi kesehatan sebagaimana jasa outsourcing untuk melayani negara," kata Juru Bicara Transnational Institute Monica Vargas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (28/10/2020).

Ia mendesak komunitas internasional termasuk PBB untuk dapat meningkatkan proteksi terhadap hak warga negara terhadap kesehatan dari marketisasi atau komersialisasi dari layanan kesehatan publik di berbagai negara.

Selain itu, penting pula agar ditemukan adanya mekanisme dan sarana yang efektif bagi sistem kesehatan dan pengobatan di seluruh negara di dunia untuk mengatas persoalan terkait dengan Covid-19.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan pengadaan dan pelaksanaan vaksin Covid-19 akan dilakukan secara aman dan efektif sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

“Kalau aman itu vaksin harus sudah ikuti tahap uji klinis yang benar. Ini penting untuk memberi keyakinan ke masyarakat,” katanya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (27/10/2020).

Sri Mulyani mengatakan pengadaan vaksin secara aman berarti semua aspek yang bersifat ilmiah akan tetap dipenuhi sesuai standar yang sudah dilakukan atau diadopsi secara internasional.

Terkait industri farmasi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan sekitar 70 persen obat-obatan kini sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

"Jadi selama Covid-19 itu, saya baru tahu kita itu hampir 90 persen obat kita impor. Sekarang saya bisa lapor kepada Anda, itu kira-kira 70 persen kita sudah buat sendiri," kata Luhut dalam pengarahan mengenai Omnibus Law di Kantor Lemhanas Jakarta, Jumat (24/10/2020).

Ia mencontohkan paracetamol yang merupakan obat dasar itu masih diperoleh Indonesia dengan mengimpor dari India. Maka, saat India menerapkan lockdown, Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa.

Luhut menuturkan, kondisi pandemi membuat Indonesia belajar untuk tidak lagi bergantung pada negara lain, terutama terkait dengan stok obat-obatan. Kondisi pandemi, lanjutnya, juga ternyata membuat Indonesia kini perlahan mulai mampu memenuhi kebutuhan sendiri.

Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) memprediksi pengurangan importasi bahan baku obat akan lebih lama dari perkiraan Kementerian Perindustrian.

Berdasarkan data Kemenperin, industri bahan baku obat (BBO) nasional dapat mengurangi ketergantungan impor BBO ke level 90 persen pada 2021. Sebaliknya, GPFI meramalkan pengurangan hingga 90 persen baru akan terjadi pada 2022-2023.

"Ketergantungan [impor BBO] akan berkurang. Walaupun sangat kecil, tapi ada kemajuan," ujar Direktur Eksekuti GPFI Dorojatun Sanusi kepada Bisnis, Minggu (25/10/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper