Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Freeport Usulkan Tambah Kapasitas Smelter di Gresik

Freeport telah membangun fasilitas smelter tembaga di Gresik yang kini dikelola oleh PT Smelting-Gresik, dengan kapasitas input 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Petugas berjaga di pelabuhan yang berada di kawasan industri terpadu Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Selasa (8/5/2018)./ANTARA-Umarul Faruq
Petugas berjaga di pelabuhan yang berada di kawasan industri terpadu Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Selasa (8/5/2018)./ANTARA-Umarul Faruq

Bisnis.com, JAKARTA - Freeport-McMoRan Inc., salah satu pemegang saham PT Freeport Indonesia (PTFI), mengusulkan untuk melakukan ekspansi fasilitas smelter tembaga yang sudah ada di Gresik sebagai alternatif pengganti pembangunan smelter baru.

Hal itu diungkapkan oleh President & CEO Freeport-McMoRan Inc. (FCX) Richard C. Adkerson dalam conference call kinerja FCX kuartal III/2020, baru-baru ini.

Freeport telah mengajukan permohonan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk meminta relaksasi target waktu penyelesaian pembangunan smelter baru selama 12 bulan karena terkendala mobilitas kontraktor dan pekerja akibat pandemi Covid-19.

Adkerson mengungkapkan bahwa diskusi tentang kelanjutan pembangunan proyek senilai US$3 miliar itu dengan pemerintah Indonesia masih berjalan dan alternatif lain pembangunan smelter baru tengah dikaji.

"Jadi alternatifnya, memperluas smelter Gresik yang sudah ada dan menambahkan sebuah precious metal refinery (PMR) di dalamnya, daripada membangun smelter baru," ujar Adkerson.

Freeport telah membangun fasilitas smelter tembaga di Gresik yang kini dikelola oleh PT Smelting-Gresik. Kapasitas inputnya saat ini mencapai sekitar 1 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan menghasilkan produk utama katoda tembaga sebesar 300.000 ton per tahun. Fasilitas smelter tersebut memurnikan kurang lebih 40 persen dari produksi konsentrat tembaga PTFI.

Adkerson menambahkan smelter yang ada tidak bisa diperluas sampai dengan kapasitas yang bisa menyerap seluruh produksi konsentrat PTFI di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu ada kesepakatan yang memungkinkan PTFI untuk mengekspor kelebihan konsentrat yang tidak terserap.

"Kami ajukan jika itu diperbolehkan, kami sebagai PTFI dan dipimpin oleh Kementerian BUMN dalam pembahasan internal di lingkungan pemerintah yang akan melibatkan pembayaran export fee untuk itu," katanya.

Menurutnya, opsi ini akan sama-sama menguntungkan kedua belah pihak. Freeport tidak akan terbebani untuk membangun kontruksi smelter baru yang besar. Sedangkan pemerintah akan memperoleh manfaat finansial yang positif, terlebih di tengah situasi keuangan yang menantang karena pandemi Covid-19.

Dia mengungkapkan bahwa negosiasi untuk membangun smelter baru dilakukan bertahun-tahun karena proyek tersebut tidak ekonomis bagi semua pihak. Namun akhirnya, kesepakatan dicapai pada 2018 dan Freeport harus berkomitmen untuk membangun smelter.

"Belum ada keputusan yang diambil. Diskusi dipimpin oleh MIND ID dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Alternatif yang sedang dipertimbangkan akan saling menguntungkan bagi pemerintah dan PTFI," katanya.

Kathleen Quirk, EVP and Chief Financial Officer FCX, menambahkan bahwa untuk melakukan ekspansi smelter yang sudah ada sebesar 30 persen diperkirakan akan menelan biaya sekitar US$250 juta. Sedangkan untuk membangun smelter baru dibutuhkan investasi sekitar US$3 miliar.

"Perkiraan untuk perluasan smelter Gresik untuk 30 persen perluasan kira-kira US$ 250 juta dan jumlah yang sama untuk PMR," kata Quirk.

Bisnis telah mencoba menghubungi pihak PTFI dan Kementerian ESDM untuk mengonfirmasi rencana ekspansi tersebut. Namun hingga berita ini diturunkan, keduanya belum merespons.

Saat ini, Freeport tengah membangun smelter baru di kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur dengan total kapasitas input sebesar 2 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Adapun, JIIPE dikelola oleh anak usaha PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA)

Fasilitas ini akan terintegrasi dengan fasilitas PMR dengan kapasitas 6000 ton lumpur anoda per tahun.

Sampai dengan September 2020, kemajuan pembangunan smelter baru mencapai 5,86 persen dan ditargetkan beroperasi pada 2023. Adapun hingga Agustus 2020, total investasi smelter yang telah dikucurkan mencapai US$303 juta.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan bahwa pembangunan smelter tembaga baru berpotensi merugikan perusahaan US$300 juta per tahun karena pendapatan dari treatment charge and refining charge (TCRC) saat ini tidak ekonomis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper