Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertemuan INA-JPN, AIPGI : Kami Sambut Investasi di Industri Mamin

Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) menyambut masuknya investasi ke industri makanan dan minuman (mamin) dari Jepang.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga (tengah) bersama Madam Suga Mariko (kedua kanan) melambaikan tangan setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (20/10/2020). Lawatan kenegaraan tersebut dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral antarkedua negara. /ANTARArn
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga (tengah) bersama Madam Suga Mariko (kedua kanan) melambaikan tangan setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (20/10/2020). Lawatan kenegaraan tersebut dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral antarkedua negara. /ANTARArn

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) menyambut masuknya investasi ke industri makanan dan minuman (mamin) dari Jepang.

Ketua Umum AIPGI Toni Tanduk mengatakan pihaknya akan menyambut penambahan investasi Jepang di industri mamin. Adapun, Toni mencatat setidaknya telah ada satu pabrikan mi instan dari hasil investasi investor Negeri Sakura.

"Sepanjang itu investasi, itu hal yang positif. Jadi, kami pasti dukung. Mudah-mudahan ini bisa menggerakan perekonomian [nasional]," katanya kepada Bisnis, Selasa (20/10/2020).

Toni mencatat industri mamin memiliki pertumbuhan sekitar 6-7 persen per tahun. Menurutnya, merupakan pilihan yang wajar jika penambahan investasi dari Jepang masuk ke industri makanan dan minuman.

Berdasarkan data AIPGI, sektor manufaktur telah menyerap sekitar 1 juta ton garam lokal. Adapun, realisasi tersebut lebih rendah dari perjanjian yang dilakukan AIPGI dengan Asosiasi Petambak Garam Indonesia (APGI) yakni di level 1,1 juta ton.

"Masih sekitar 1 juta ton mengingat kondisi [pandemi] Covid-19 [yang membuat] rumah makan pada tutup. Industri mana yang tidak turun selama [pandemi] Covid-19?" katanya.

Menurutnya, jika izin impor garam dihentikan, volume impor produk industri pengguna akan semakin tinggi. Seperti diketahui, sektor manufaktur yang menggunakan garam dalam proses produksi atau menjadi bahan baku adalah industri makanan dan minuman, farmasi, kertas, kimia dasar, kosmetika, tekstil, dan pengeboran minyak.

Toni mengusulkan agar pemerintah meningkatkan mutu garam petani di sebagian besar sentra produksi garam. Selain itu, ujar Toni, pemerintah juga harus menerapkan gudang garam nasional (GGN) secara optimal.

Toni mencatat saat ini kapasitas GGN hanya mencapai 2.000 ton. Menurutnya kapasitas tersebut terlalu kecil untuk jadi sentra produksi mengingat kebutuhan industri farmasi dan kosmetik yang notabenenya membutuhkan garam paling kecil harus menyerap sekitar 7.500 ton per tahunnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper