Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei Indikator : Ekonomi Nasional Jadi Sorotan Selama Pandemi

Berdasarkan survei Indikator, tren buruk ekonomi nasional pada bulan Februari sebesar 24,1 persen dan naik drastis pada Mei menjadi 81 persen.
Petugas Satpol PP mengawasi pelanggar aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) melaksanakan sanksi kerja sosial dengan menyapu sampah di kawasan Sabang, Jakarta, Senin (10/8/2020). Penindakan itu untuk memberikan efek jera bagi para pelanggar agar mereka patuh terhadap kebijakan PSBB. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Petugas Satpol PP mengawasi pelanggar aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) melaksanakan sanksi kerja sosial dengan menyapu sampah di kawasan Sabang, Jakarta, Senin (10/8/2020). Penindakan itu untuk memberikan efek jera bagi para pelanggar agar mereka patuh terhadap kebijakan PSBB. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat masyarakat menilai ekonomi nasional sangat buruk di tengah pandemi Covid-19.

Hal ini didapatkan berdasarkan hasil survei mengenai 'Mitigasi Dampak Covid-19 : Tarik menarik antara Kepentingan Ekonomi dan Kesehatan'.

"Per September 2020, mereka yang [menilai] ekonomi nasional buruk itu sangat besar bahkan total mencapai 65 persen yang mengatakan buruk dan sangat buruk ini data trennya," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Minggu (18/10/2020).

Berdasarkan survei Indikator, tren buruk ekonomi nasional pada bulan Februari sebesar 24,1 persen dan naik drastis pada Mei menjadi 81 persen.

Angka tersebut perlahan turun pada Juli menjadi 69,2 persen. Kemudian pada September 2020 kembali turun 65,3 persen.

"Jadi meskipun mayoritas masih gelap gulita memandang prospek ekonomi nasional tetapi kondisi di bulan September tidak seburuk di bulan Mei ini harus kita apresiasi. Jadi ada langkah pemerintah yang menunjukkan perbaikan meskipun perbaikannya itu tidak sampai dibawah 50 persen yang mengatakan buruk tapi setidaknya lebih baik di bulan Mei," ucapnya.

Jika dirinci, pada data responden, presepsi ekonomi nasional buruk dirasakan oleh responden dengan pendidikan tinggi, kuliahan atau lulus perguruan tinggi.

"Meskipun yang mengatakan buruk dari mereka yang berpendidikan SD atau baru lulus SD dia juga besar 48 persen, tapi coba bandingkan dengan 56 persen itu cukup lumayan bedanya," kata Burhanuddin.

Sebaliknya, berdasarkan wilayah, responden dari warga Jakarta memiliki presepsi lebih tinggi menilai ekonomi nasional buruk dibandingkan warga daerah lainnya.

"Kemudian dari sisi pendapatan tidak ada bedanya, kemudian dari sisi wilayah Jakarta warga Jakarta cenderung mengatakan ekonomi nasional buruk sekali ketimbang wilayah lain meskipun yang lain juga buruk diatas 50 persen. Tetapi tidak seburuk presepsi ekonomi nasional menurut warga Jakarta," katanya.

Adapun, survei dilakukan menggunakan kontak telpon kepada responden. Sampel sebanyak 1200 responden dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada rentang Maret 2018 hingga Maret 2020.

Indikator memiliki sebanyak 206.983 responden yang terdistribusi secara acak di seluruh nusantara pernah diwawancarai secara tatap muka langsung dalam rentang 2 tahun terakhir. Secara ratarata, sekitar 70% di antaranya memiliki nomor telpon.

Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon sebanyak 5.614 data, dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei yaitu sebanyak 1200 responden.

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Survei dilakukan pada 24-30 September 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper