Bisnis.com, JAKARTA – Responden Survei Nasional Mitigasi Dampak Covid-19 oleh lembaga Indikator menyebutkan ekonomi Indonesia mengalami kondisi terburuk dalam 24 tahun terakhir.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menyebutkan dalam survei terdahulu, hanya 24,1 persen responden yang menilai ekonomi nasional dalam kondisi buruk.
Namun, setelah pandemi menerjang Indonesia pada Maret 2020 lalu, sebagian besar masyarakat menyebutkan ekonomi sedang sangat sulit. Perinciannya pada Mei 2020, Indikator mencatat sebanyak 81 persen responden menilai ekonomi sulit.
Selanjutnya pada Juli 2020 lalu sebanyak 69,2 persen respon menilai ekonomi sedang sulit, dan setelah beragam terobosan pemerintah, sebanyak 65,3 persen responden menilai bahwa ekonomi Indonesia masih dalam fase sangat sulit.
“Mayoritas responden [lebih dari 50 persen] masih menilai [ekonomi] gelap gulita. Namun trennya lebih baik dari Mei [2020],” kata Burhanuddin dalam Rilis Survei Nasional Mitigasi Dampak Covid-19, Minggu (18/10/2020).
Indikator juga mencatat, kondisi ekonomi yang buruk tercermin dari semua lapisan masyarakat baik dikelompokkan berdasarkan usia, tingkat pendidikan hingga gender.
Baca Juga
Sejalan dengan memburuknya ekonomi, survei ini juga mencatat ekonomi rumah tangga juga dirasakan sangat sulit.
Responden penelitian indikator mencatat, akibat kondisi ini sebanyak 55 persen responden melaporkan mereka menjadi kesulitan makan.
Lainnya, mengalami kesulitan membayar biaya sekolah (12,3 persen), kesulitan membeli kuota internet untuk sekolah (11,5), kesulitan mencicil rumah (2,9 persen) hingga kehilangan pekerjaan (11,9 persen)
Sedangkan jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan beban terbesar memburuknya ekonomi diderita masyarakat dengan pendidikan SLTP dan SD. Dua kelompok masyarakat ini menyebutkan ekonomi mereka semakin sulit lebih dari 70 persen.
Perinciannya dengan latar pendidikan SD sebanyak 72,4 persen, dan SLTP sebanyak 76,2 persen.
Sedangkan masyarakat dengan latar pendidikan SLTA mengalami kesulitan ekonomi di rumah tangganya sebanyak 66,9 persen responden. Sedangkan dengan latar pendidikan kuliah ke atas hanya 38 persen yang menyebutkan perlambatan pendapatan.
“Lebih dari separo warga yang ekonomi turun, menyebutkan makan saja susah,” katanya.