Bisnis.com, JAKARTA - Meningkatnya permintaan pergudangan logistik di Indonesia sebagai pengaruh dari perubahan model pengiriman barang e-commerce. Kini, aktivitas dagang elektronik cenderung menaruh stok di wilayah pemasarannya sehingga mempercepat waktu pengiriman serta mengurangi biaya.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldi Ilham Masita menuturkan permintaan pergudangan logistik meningkat pada 2 tahun terakhir, karena banyak pelantar dagang elektronik yang mengubah model pengirimannya.
"Mereka mengubah dengan memakai banyak tempat penyimpanan stok barang agar bisa mengurangi ongkos kirim tetapi waktunya cepat. Jadi penggerak utamanya dari sektor e-commerce," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (15/10/2020).
Tren ini terangnya akan berlanjut terus sampai 5 tahun ke depan karena memang faktor geografis Indonesia yang kepulauan membutuhkan banyak gudang, dan operasional gudang yang dibutuhkan oleh pelantar dagang-el memang berbeda dengan gudang-gudang yang biasa dipakai distributor perdagangan luar jaringan (luring).
Saat ini mayoritas gudang di Indonesia adalah model lama dan sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar, sehingga investasi pergudangan yang masif juga diperlukan guna menggantikan gudang-gudang lama yang secara lokasi dan desain tidak tepat.
Di sisi lain, persentase gudang modern di Indonesia masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara di Asean lainnya, bahkan Vietnam. Dengan demikian, investor baik asing maupun domestik yang masuk ke segmen ini akan sangat banyak.
Baca Juga
Selain itu, kebutuhan gudang pendingin atau cold storage juga sangat besar di Indonesia karena kebutuhan mengakomodasi hasil perikanan, farmasi, dan bahan-bahan segar. Hal ini juga menjadi faktor pendorong tumbuhnya industri pergudangan dalam negeri.
"Kalau faktor perang dagang AS-China, saya agak meragukan karena lebih banyak industri yang pindah ke Vietnam atau Kamboja daripada Indonesia. Hal ini bergantung juga siapa Presiden AS berikutnya, bisa jadi perang dagang akan reda kalau Presidennya bukan Donald Trump," ujarnya.
Sebelumnya, Indonesia dikatakan akan memperoleh keuntungan besar karena meningkatnya ketegangan China–AS memicu pergeseran strategis dalam rantai nilai manufaktur dan logistik ke Asia Tenggara. Indonesia disebutkan akan memimpin pertumbuhan tahunan gabungan (compound annual growth rate/CAGR) di bidang properti logistik sebesar 41 persen dari 2015 hingga 2025 karena memperluas cakupan pergudangan ke kota-kota lapis kedua, bahkan hingga perdesaan.