Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata performa ekspor per September 2020 meroket hingga tiga digit. Dengan demikian, ASI meyakini permintaan ekspor merupakan pasar yang bisa meringankan penurunan produksi semen hingga akhir 2020.
Ketua Umum ASI Widodo Santoso mencatat produksi untuk pasar ekspor melejit 125 persen per September 2020 secara tahunan menjadi 1,17 juta ton dari sekitar 520.000 pada September 2019. Peningkatan tersebut membuat target produksi ekspor 2020 hampir tercapai.
"Sampai dengan September tahun ini total ekspor semen dan klinker mencapai 6,85 juta ton atau naik sekitar 42 persen. Luar biasa," katanya kepada Bisnis, Selasa (13/10/2020).
Berdasarkan catatan Bisnis, performa ekspor Januari-September 2020 telah lebih tinggi dari capaian ekspor 2019 yakni sebesar 6,4 juta ton. Artinya, performa ekspor semen nasional hingga akhir tahun akan tumbuh setidaknya 7,03 persen secara tahunan.
Widodo mencatat permintaan ekspor per September datang dari beberapa negara, seperti China, Australia, Bangladesh, Filipina, Sri Langka, dan Mauritius.
Tingginya permintaan ekspor tersebut membuat total produksi semen per September menjadi naik tipis 0,3 persen menjadi 7,36 juta ton Adapun, permintaan semen di dalam negeri anjlok 9,2 persen per September menjadi 6,29 juta ton.
Baca Juga
Walaupun performa ekspor selama 9 bulan pertama 2020 baik, produksi semen secara keseluruhan masih terkontraksi 4,3 persen secara tahunan menjadi 51,52 juta ton. Dengan kata lain, produksi semen pada Januari-September 2020 lebih rendah sekitar 2,31 juta ton secara tahunan.
"Kelihatannya ekspor merupakan unsur penolong yang besar terhadap utilisasi pabrik, anmum masih jauh terhadap kapasitas terpasang yang bertambah menjadi sekitar 117 juta ton pada 2020 ini," ucapnya.
Agar industri semen nasional setidaknya bisa mencatatkan realisasi yang sama dengan 2019, pabrikan harus memproduksi sekitar 24,74 juta ton dalam 90 terakhir. Artinya, seluruh pabrikan semen di dalam negeri harus memproduksi sekitar 8,24 juta ton per bulannya sepanjang kuartal IV/2020.
Selama 9 bulan berjalan, konsumsi semen dalam negeri merosot 9 persen secara tahunan. Widodo sebelumnya menilai angka produksi semen dapat turun lebih dalam menjadi minus 10 persen jika permintaan semen di dalam negeri tidak berada di zona hijau dalam 4 bulan terakhir menuju tutup tahun.