Bisnis.com, JAKARTA - Produksi industri semen nasional per September 2020 kembali turun di tengah resesi Indonesia. Dalam rentang 90 hari menuju 2021, pabrikan memastikan volume produksi sepanjang 2020 akan lebih rendah dari realisasi 2019.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan rendahnya produksi pada akhir kuartal III/2020 disebabkan oleh permintaan di Pulau Jawa dan Sumatra yang belum membaik. Adapun, konsumsi semen pada kedua pulau tersebut cukup signifikan atau hingga 75 persen dari permintaan semen nasional per tahunnya.
"[Konsumsi semen]] turun, yang terbesar di Pulau Jawa, turun 14 persen atau defisit sekitar 600.000 tin terhadap September tahun lalu. Daerah lain turun cukup besar yaitu di [Pulau] Kalimantan, turun 10,4 persen," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Selasa (13/10/2020).
Berdasarkan data ASI, konsumsi di regional Jawa hanya mencapai 3,37 juta ton per September 2020 dari realisasi periode yang sama tahun lalu mencapai sekitar 3,91 juta ton. Sementara itu, konsumsi di Kalimantan hanya mencapai sekitar 375.000 ton.
Konsumsi di wilayah Sumatra dan Sulawesi terontraksi masing-masing 3,3 persen menjadi 1,34 juta ton dan sekitar 549.000 ton. Walakin, konsumsi semen di wilayah Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua konsisten tumbuh.
Adapun, konsumsi di Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 5,9 persen menjadi 354.000 ton, sedangkan konsumsi di Maluku dan Papua tumbuh 4,8 persen menjadi sekitar 196.000 ton. Dengan kata lain, konsumsi di Maluku dan Papua konsisten menunjukkan pertumbuhan selama 9 bulan pertama 2020.
Baca Juga
Walakin, rendahnya konsumsi semen secara nasional membuat produksi semen Per September terkontraksi 600.000 ton. Alhasil, produksi semen sepanjang Januari-September 2020 defisit 4,3 juta ton atau lebih rendah 9 persen secara tahunan
"Konsumsi dalam negeri tidak mungkin bisa positif [hingga akhir 2020], tentu negatif. Ada beberapa unit [pabrik semen] dihentikan produksinya karena stok penuh untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar," ucapnya.
Selama 9 bulan berjalan, konsumsi semen merosot 9 persen secara tahunan. Widodo sebelumnya menilai angka tersebut dapat turun lebih dalam menjadi minus 10 persen jika permintaan semen di dalam negeri tetap di zona merah dan tidak beralih ke zona hijau dalam 4 bulan terakhir menuju tutup tahun.
Terlebih, UU Omnibus Law Cipta Kerja yang baru disahkan direspon dengan demonstrasi penolakan dari kalangan buruh dan mahasiswa di berbagai kota.