Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mendata realisasi ekspor semen per Agustus 2020 mencatatkan rekor baru. Namun demikian, peningkatan performa ekspor tersebut belum mampu mendorong pertumbuhan produksi semen ke zona hijau.
Berdasarkan data ASI, volume ekspor semen per Agustus mencapai 1,28 juta ton atau meroket 88 persen secara tahunan. Realisasi tersebut menopang konsumsi semen ke zona hijau pada Bulan Kemerdekaan.
"Total penjualan dalam negeri dan ekspor [per Agustus 2020] positif 2,1 persen," kata Ketua Umum ASI Widodo Santoso kepada Bisnis, Selasa (15/9/2020).
Alhasil, performa ekspor semen pada Janari-Agustus tumbuh 25 persen secara tahunan menjadi 5,68 juta ton. Walakin, penurunan konsumsi selama 7 bulan pertama 2020 membuat produksi semen selama Januari-Agustus masih lebih rendah 5 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Widodo menilai hanya pasar global yang dapat menjadi harapan agar pertumbuhan produksi pada akhir tahun tetap positif. Pasalnya, produksi semen untuk pasar lokal selama 8 bulan berjalan telah lebih rendah 2,34 juta ton.
Menurutnya, peningkatan performa ekspor selama 4 bulan terakhir adalah satu-satunya cara agar produksi semen pada akhir 2020 tidak lebih rendah dari 8 persen secara tahunan. Widodo menilai peningkatan performa ekspor merupakan kewajiban untuk meningkatkan utilisasi pabrikan.
Baca Juga
Adapun, utilisasi pabrikan semen untuk pasar lokal hanya mencapai sekitar 54 persen. Akan tetapi, total produksi jika ditambah pasar global, utilisasi total industri semen saat ini berada di level 60 persen.
Widodo menargetkan total ekspor semen hingga akhir 2020 tumbuh 23,07 persen menjadi 8 juta ton dari realisasi 2019 sekitar 6,5 juta ton. Dengan kata lain, industri semen nasional harus mengekspor setidaknya sekitar 580.000 ton semen selama Septermber-Oktober 2020 untuk mengejar target tersebut.
"Semen Indonesia Group tertinggi jumlah ekspornya, disusul Semen Merah Putih atau PT Cemindo Gemilang," katanya.
Di sisi lain, konsumsi semen nasional pada Bulan Kemerdekaan merosot 8,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 5,86 juta ton. Dengan kata lain, produksi semen pada bulan kedelapan 2020 lebih rendah sekitar 3,74 juta ton secara tahunan.
Widodo berpendapat berlanjutnya tren penurunan konsumsi di dalam negeri hingga Agustus 2020 disebabkan oleh masih tertundanya proyek infrastruktur. Widodo meramalkan kegiatan pembangunan infrastruktur baru akan dimulai sekitar September-Oktober 2020.
Selain itu, permintaan semen untuk pembangunan wilayah perumahan masih belum menggeliat. Seperti diketahui, pembangunan perumahan mendominasi konsumsi semen nasional lebih dari 50 persen.
Akan tetapi, konsumsi semen lokal per Agustus 2020 meningkat sekitar 7,5 persen jika dibandingkan dengan realisasi Juli 2020 yakni 5,3 juta ton. Sebelumnya, Widodo menyatakan produksi semen akhir 2020 akan anjlok lebih dari 5 persen jika tidak ada perbaikan sepanjang Agustus-Desember 2020.
Selama 8 bulan berjalan, konsumsi semen merosot 8,9 persen secara tahunan. Widodo menilai angka tersebut dapat turun lebih dalam menjadi minus 10 persen jika permintaan semen di dalam negeri tidak berada di zona hijau dalam 4 bulan terakhir menuju tutup tahun.