Bisnis.com, JAKARTA - Para perajin batik didorong untuk mampu keluar dari zona nyaman seiring dengan kondisi pasar dan kebutuhan masyarakat mengalami perubahan di masa pandemi Covid-19.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan pelaku IKM perlu melakukan optimalisasi penjualan secara online agar mampu menjangkau pasar yang lebih luas.
“Dengan diadakan bimbingan teknis, diharapkan ke depan saat era adaptasi kebiasaan baru para pelaku IKM dapat terpacu untuk memanfaatkan platform digital sebagai media pemasaran,” katanya dalam keterangan pers, Rabu (23/9/2020).
Kementerian Perindustrian bersama Yayasan Batik Indonesia berupaya meningkatkan kompetensi para perajin batik untuk dapat menopang daya saing industri. Salah satunya dengan bimbingan teknis tentang manajemen dan penggunaan zat warna alam.
Bimtek diikuti 25 perajin batik asal Nganjuk pada 21-24 September 2020. Di masa pandemi Covid-19, para peserta mengikuti protokol kesehatan seperti melakukan rapid test dan pengecekan suhu, menggunakan masker atau face shield, menjaga jarak, serta disediakan hand sanitizer.
Fasilitasi bimtek ini juga sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Batik Nasional pada 2 Oktober 2020. “Bersama YBI, semoga batik tetap lestari. Kami pun bertekad memacu para perajin agar semakin produktif, kreatif, dan inovatif.”
Baca Juga
Industri batik memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional, lantaran sektor ini tergabung dalam industri tekstil dan produk tekstil. Kinerja ekspor batik dan produk batik berdasarkan data BPS pada 2019 senilai US$54,36 juta. Sedangkan pada periode Januari sampai Juli 2020 sebesar US$21,54 juta.
"Tentunya capaian ini menunjukkan potensi industri batik yang sangat luar biasa karena diterima di pasar mancanegara,” sebutnya.
Di masa adaptasi kebiasaan baru, Gati menerangkan, kondisi pasar dan kebutuhan masyarakat mengalami perubahan, sehingga para pelaku IKM batik perlu menyesuaikan diri agar bisa memanfaatkan peluang dan menghasilkan inovasi produk yang dapat diterima oleh pasar.
“Saat ini kami terus mendorong IKM untuk memacu daya juang serta mengubah model bisnis dan keluar dari zona nyaman,” ujar Gati.
Selain upaya peningkatan kemampuan dan pengetahuan para perajin batik di Nganjuk, Ditjen IKMA juga memberikan bantuan fasilitas alat sebanyak sembilan jenis alat produksi, di antaranya kompor batik, selang, regulator, wajan, canting, bleber, tabung, gawangan, ember dan timbangan.
Ketua umum Yayasan Batik Indonesia Yanti Airlangga berharap IKM batik Nganjuk dapat memanfaatkan platform digital dan memperkaya khasanah mengenai penggunaan zat warna pada batik.
“Diharapkan roda ekonomi IKM batik Kabupaten Nganjuk pun dapat terpacu dan menjangkau pasar online, sehingga batik tetap lestari pada era digital ini,” ungkapnya.