Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perdagangan Dunia Mulai Menggeliat, Bagaimana Kabar RI?

Menurut data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia Agustus 2020 mencapai US$13,07 miliar atau menurun 4,62 persen dibanding ekspor Juli 2020.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia berpotensi kewalahan dalam mengimbangi geliat perdagangan global yang mulai membaik pada kuartal III/2020, setelah kuartal sebelumnya anjlok 27 persen year-on-year (YoY).

Data UNCTAD menyebutkan jumlah calls naik menjadi 9.265 per pekan pada awal Agustus meskipun masih lebih rendah 3 persen yoy.

Padahal rata-rata kedatangan kapal kontainer di pelabuhan seluruh dunia pada pertengahan Juni hanya 8.722 calls per pekan, turun 8,5 persen yoy.

Sementara itu, kinerja ekspor Indonesia terhadap perekonomian masih kurang baik. Menurut data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia Agustus 2020 mencapai US$13,07 miliar atau menurun 4,62 persen dibanding ekspor Juli 2020.

Sebaliknya, kinerja ekspor dibanding Agustus 2019 turun 8,36 persen.

Mengacu kepada data tersebut, bisa dikatakan Indonesia akan tertatih-tatih untuk mengikuti alur perkembangan perdagangan dunia. Terutama setelah pemanfaatan pakta dagang yang telah diratifikasi dikatakan belum maksimal.

Ketua Komite tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Juwono mengungkapkan tingkat utilisasi dari klausul ekspor yang telah dimanfaatkan sampai dengan saat ini baru 30 persen.

Terdapat 3 hal yang menjadi faktor rendahnya utilisasi pakta dagang Tanah Air; pertama, pemahaman pelaku ekspor yang masih rendah terkait dengan perjanjian dagang; kedua, kejar setoran penyelesaian pakta dagang; ketiga, masukan dari pelaku usaha kepada pihak negosiator kurang pas.

"Sehingga setelah jadi, pakta dagangnya kurang termanfaatkan," kata Handito kepada Bisnis, Rabu (23/9/2020).

Oleh karena itu, hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah melakukan sosialisasi kepada eksportir serta membuat perjanjian yang tidak hanya berdasarkan apa yang disodorkan oleh negera tujuan ekspor sehingga kurang bermanfaat.

Dia mendorong pemerintah untuk memprioritas penyelesaian pakta dagang dengan negara-negara berpenduduk banyak, di antara lain negara di kawasan Amerika Latin, Jepang, dan Korea.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag), sampai dengan Mei 2020 terdapat 8 negosiasi kerja sama dagang yang masih mangkrak.

Adapun, sebanyak 3 di antaranya adalah negara-negara yang menjadi target ekspor pelaku usaha, yakni Indonesia-Japan EPA yang berstatus negosiasi protokol amandemen IJEPA, Indonesia-Chile CEPA persiapan negosiasi perdagangan jasa, dan Indonesia-Korea CEPA dengan status legal scrubbing dan penerjemahan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper