Bisnis.com, JAKARTA - Industri cold chain atau rantai pendingin di Indonesia menghadapi tantangan berupa kegagalan logistik terkait dengan sistem distribusi yang cukup tinggi hingga 20 persen dari total distribusi.
Ketua DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan di balik potensi bisnis cold chain juga terdapat berbagai tantangan seperti menyangkut teknologi untuk sistem pengiriman, maupun asuransi penyedia layanan, serta terbatasnya platform e-Commerce yang menginformasikan kemampuan cold chain.
"Apalagi, jumlah kegagalan logistik dalam penyimpanan dan distribusi tetap tinggi yakni masing-masing 10 persen dan 20 persen," tuturnya, Minggu (20/9/2020).
Oleh karena itu, kata Yukki, diperlukan kolaborasi dan kemauan yang kuat dari pemerintah, industri, serta lembaga pendidikan untuk mempromosikan dan meningkatkan keunggulan industri cold chain di Indonesia.
Sebagai solusi, ALFI juga mengusulkan ke pemerintah untuk mengembangkan cold chain yakni; perbaikan sarana dan prasarana untuk menampung hasil pertanian dan perikanan, menyiapkan connected hub and spoke dalam transportasi maupun distribusi untuk menjaga kualitas produk dan efisiensi.
Selain itu, menyiapkan platform Pendidikan berbasis IT yang lebih kuat, dan adanya regulasi yang mengatur pasar serta industri terhadap pertumbuhan produk pertanian.
Baca Juga
Dia bercerita di tataran global, Taiwan telah dikenal sebagai produsen kualitas pertanian dan perikanan yang sukses dengan segudang pengalaman dan teknologi yang handal.
"Kami berharap industri cold chain Indonesia dapat belajar dan mereplikasi kesuksesan tersebut. Melalui seminar ini diharapkan agar kedua belah pihak dapat meningkatkan kerjasama," ujar Yukki.