Bisnis.com, JAKARTA – Investor veteran bisnis properti Hong Kong mengantisipasi koreksi harga yang lebih dalam di tengah aktivitas pembelian yang berkurang akibat pandemi virus korona dan memburuknya hubungan AS–China, dengan cepat menguangkan kepemilikan mereka.
Albert Wong Kam-hong, mantan wakil ketua perusahaan real estate Midland Holdings, misalnya, menjual flat yang bersebelahan di The Coronation Tower dekat Kowloon Station seharga HK$22 juta bulan lalu. Properti seluas 1.206 ft2, yang dia beli 8 tahun lalu, memberinya keuntungan sebesar HK$4,85 juta.
Dia sekarang menyewa satu unit di gedung yang sama, yang bisa dia dapatkan dengan harga 24 persen lebih murah daripada puncaknya pada pertengahan tahun lalu.
“Kondisi ekonomi Hong Kong saat ini bahkan lebih buruk daripada 1997 [selama krisis keuangan Asia] dan 2003, ketika kota itu dicengkeram oleh SARS [sindrom pernapasan akut yang parah],” kata Wong, pendiri Traffic Light Management Consultancy yang menyediakan layanan konsultasi untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa.
"Mengapa harus menahan pemilikan properti jika saya melihat peluang harga jatuh lebih tinggi daripada apresiasi nilainya?" tuturnya.
Jumlah keseluruhan kesepakatan properti, termasuk rumah, bangunan komersial dan industri, juga ruang parkir mobil, turun sekitar 34 persen bulan ke bulan menjadi HK$45,6 miliar pada Agustus, menurut data Land Registry. Itu merupakan yang terendah sejak transaksi senilai HK$38,35 miliar pada April.
Baca Juga
Transaksi untuk properti senilai lebih dari HK$100 juta juga terkena dampak yang sama, turun 30 persen menjadi 109 kesepakatan dalam 8 bulan pertama tahun ini, menurut Cushman & Wakefield.
Permintaan menyusut, dan mengingat bahwa kekurangan perumahan di Hong Kong tidak lagi menjadi faktor kunci yang mendukung pertumbuhan properti, Wong mengatakan dia lebih suka berinvestasi di Greater Bay Area (Guangdong-Hong Kong-Macau).
“Saya lebih suka membeli properti di Greater Bay Area, yang memiliki potensi pertumbuhan lebih besar daripada Hong Kong,” ungkapnya.
Investor yang cerdas menelepon Cushman & Wakefield, perusahaan broker dan konsultan properti, untuk menjual, karena mereka memprediksi vharga nilanya teus merosot.