Bisnis.com, JAKARTA – Hong Kong menjadi titik pesimistis paling dalam di antara sejumlah lokasi utama di Asia Pasifik dalam pandangan investor global bisnis properti.
Wilayah khusus China tersebut sedang berjuang untuk keluar dari resesi terdalam dalam catatan dan krisis politik yang berkepanjangan.
Sekitar seperlima investor mengatakan mereka berencana mengurangi sebagian kepemilikan mereka di wilayah khusus China itu, menurut survei yang dilakukan oleh konsultan real estat JLL.
Menurut survei tersebut, yang dikutip South China Morning Post pada Kamis (3/9/2020), hanya 4 persen dari mereka ingin menaikkan alokasi modalnya, sedangkan sisanya mempertahankan status quo.
Hong Kong memiliki jumlah investor terbanyak dengan kecenderungan menjual. Sebagai perbandingan, hanya 1 hingga 8 persen investor yang ingin mengurangi investasi mereka di pasar lain, survei menunjukkan. Proporsi investor asing yang ingin berinvestasi lebih banyak di pasar lain ini berkisar 15 hingga 56 persen.
"Pendapatan yang relatif lemah dan prospek pengembalian nilai modal selama 12 hingga 24 bulan ke depan, ditambah dengan ekonomi domestik yang lemah, membebani sentimen investor di Hong Kong," kata Nelson Wong, kepala penelitian untuk Greater China di JLL.
Baca Juga
“Pandangan jangka panjang untuk banyak dari mereka, bagaimanapun, sebagian besar tidak berubah,” tambahnya.
JLL menyurvei 38 manajer global dan regional yang mengawasi aset senilai US$1,8 triliun pada kuartal kedua. Tidak jelas apakah undang-undang keamanan nasional yang kontroversial, yang pertama kali diperdebatkan pada Mei dan berlaku efektif pada 30 Juni, berdampak pada hasil survei.
Survei tersebut menanyakan perubahan strategi investasi mereka di China daratan, Australia, India, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan negara Asia Tenggara lainnya, di tengah pandemi Covid-19.
Di Hong Kong, harga perkantoran, pabrik, dan bangunan ritel turun 10 hingga 15 persen dari puncaknya pada Mei 2019 hingga Juni tahun ini, menurut laporan pemerintah.
Penurunan tersebut mendorong Otoritas Moneter Hong Kong untuk membatalkan langkah-langkah pendinginan pasar bulan lalu untuk pertama kalinya sejak 2009.