Bisnis.com, JAKARTA — Keberhasilan pengembangan bahan bakar nabati menjadi harapan baru bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar berbasis fosil.
Baru-baru ini, PT Pertamina (Persero) dan ITB menguji coba produksi green diesel D100 di refined bleached deodorized palm oil (RBDPO) kelapa sawit bekapasitas 1.000 barel per hari di Kilang Dumai.
Selain meningkatkan harapan bagi kemandirian energi nasional, keberhasilan itu diprediksi menjadi perekonomian Indonesia bergerak lebih cepat untuk pemilihan ekonoomi.
Dalam webinar The Development of Biofuels Indonesia-Brazil: Lesson Learned from The Development of Brazilian Bioethanol-Based Biofuel pada Rabu (9/9/2020) malam, Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Invoasi Nasional Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan bahwa sektor energi memiliki peranan yang penting dan strategis bagi perekonomian nasional.
“Indonesia perlu untuk berubah terhadap ketergantungan akan bahan bakar fosil menjadi pada bahan bakar terbarukan. Kita perlu meningkatkan kapasitas bahan bakar terbarukan dalam energi campuran sekitar 23 persen pada tahun 2025 dan harapannya dapat mencapai 31 persen pada tahun 2050,” katanya.
Menurutnya, Pemerintah Indonesia berkomitmen kuat mendorong inovasi bahan bakar nabati biohidrokarbon sebagai solusi pemenuhan kebutuhan konsumsi bahan bakar dalam negeri yang sejak 2014 mencapai 1,79 juta barel per hari.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan bahan bakar nabati berbasis sawit dengan cadangan potensi sumber daya yang sangat melimpah.