Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan pengembangan bahan bakar minyak (BBM) dari campuran sawit bakal terlambat dari target.
Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, FX Sujiastoto menjelaskan, untuk program pengembangan biodiesel pada dasarnya telah berjalan dengan baik.
Pengembangan biodiesel 30 persen (B30) yang semula ditargetkan pada awal 2020, berhasil diselesaikan lebih cepat dari target yakni akhir 2019.
Kendati demikian, dengan adanya pandemi Covid-19, pengembangan program biodiesel turut terdampak.
"Ke depan idealnya kita meningkatkan B30 dan seterusnya. Ini ke depan tetap kita upayakan tetap kita dorong hanya akan terlambat. Tahun depan ekonomi kita pulih kembali, sehingga kita bisa kembali, karena kita ingin membangun. Jadi pemerintah tetap mempunyai komitmen untuk fuel berbasis sawit," katanya dalam paparannya kepada media, Selasa (28/7/2020).
Lebih lanjut, Sujiastoto menyatakan pemerintah mengapresiasi langkah PT Pertamina (Persero) yang telah membuat kemajuan dalam pengembangan biodiesel 100 persen (B100).
Baca Juga
Dia optismistis dengan kemajuan tersebut, Pertamina bisa menyelesaikan proses co-processing yang didukung oleh Katalis Merah Putih buatan dalam negeri.
"Ini kita dorong bisa mencapai B100 baik co-processing atau investasi yang didorong investor," jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan pihaknya bakal memulai uji coba produksi avtur yang diolah dari 100 persen kelapa sawit pada akhir 2020.
Pertamina bakal melakukan ujicoba produksi green avtur yang pertama dengan co-processing injeksi 3 persen minyak kelapa sawit atau CPO yang telah diproses lebih lanjut sehingga hilang getah, impurities dan baunya (Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil / RBDPO) di fasilitas existing Kilang Cilacap.
Selain itu, Pertamina telah berhasil menguji coba green gasoline di fasilitas Kilang Plaju dan Cilacap sejak 2019 dan 2020 dengan kemampuan mengolah bahan baku minyak sawit hingga sebesar 20 persen injeksi.
“Uji coba green avtur ini merupakan bagian dari roadmap pengembangan biorefinery Pertamina dalam rangka mewujudkan green energi di Indonesia. Selain Kilang Dumai yang sudah berhasil mengolah 100 persen minyak sawit menjadi Green Diesel D100, Pertamina juga akan membangun 2 (dua) Standalone Biorefinery lainnya yaitu di Cilacap dan Plaju,” kata Nicke.
Standalone Biorefinery di Cilacap nantinya dapat memproduksi green energy berkapasitas 6.000 barel per hari, sedangkan standalone biorefinery di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari. Kedua standalone Biorefinery ini nantinya mampu memproduksi Green Diesel maupun Green Avtur dengan berbahan baku 100 persen minyak nabati.