Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Relaksasi Penumpang Angkutan Umum, Organda Buka Suara

Organda menilai kunci pemulihan sektor transportasi selain relaksasi jumlah penumpang angkutan umum adalah disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan.
Calon penumpang berjalan menuju bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di area pemberangkatan terminal Pulo Gebang, Jakarta, Selasa (21/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Calon penumpang berjalan menuju bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di area pemberangkatan terminal Pulo Gebang, Jakarta, Selasa (21/4/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Relaksasi kapasitas maksimal penumpang disebut bisa membantu mempercepat pemulihan sektor transportasi setelah dihantam badai Covid-19. Namun, kebijakan terpenting adalah ekonomi yang berangsur pulih dan protokol kesehatan.

Ketua DPP Organda Adrianto Djokosoetono mengatakan pihaknya menyambut jika ada rencana relaksasi jumlah penumpang maksimum mungkin mempercepat pemulihan sektor transportasi.

"Relaksasi jumlah penumpang yang diperbolehkan tentu akan menambah potensi percepatan recovery, tapi tentu hal yang paling mendasar adalah ekonomi yang berangsur pulih," jelasnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (27/8/2020).

Dia juga menegaskan hal yang mendasar lainnya yakni penerapan protokol yang lebih disiplin dari semua pihak termasuk masyarakat agar semua mulai kembali beraktivitas.

Dia mencontohkan sepanjang libur panjang HUT Ke-75 Kemerdekaan RI dan Tahun Baru Islam, belum menumbuhkan perjalanan angkutan umum sesuai ekspektasinya.

"Hanya ekspektasi tentunya angkutan dalam kota akan lebih sepi seperti long weekend pada masa normal, tetapi angkutan pariwisata yang biasa ramai pada saat ini belum recovery," katanya.

Sementara itu, untuk barang memang ada penurunan karena terkait siklus saat libur panjang pada umumnya. Aktivitasnya pun tidak terlalu terpengaruh karena pemerintah memastikan angkutan barang harus terus beroperasi.

Di sisi lain, daya angkut bus AKAP, AKDP, dan pariwisata masih dibatasi. Hal ini menimbulkan biaya lebih tinggi bagi angkutan per orangnya, walaupun keberangkatannya dalam satu rombongan.

Faktor kedua, tentunya masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, selain tentunya kegiatan bersama dalam jumlah banyak juga belum normal dilakukan serta tempat wisata yang dikunjungi juga belum semua aktif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper