Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramalkan masih akan berada di zona negatif pada kuartal ketiga tahun ini.
Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi bisa terkontraksi hingga minus 2 persen pada kuartal ketiga tahun ini.
“Kalau dari prediksi kami (PDB kuartal III) minus 2 persen, artinya kalau dari kuartal kedua yang minus 5,3 persen, berarti sudah lebih ringan tingkat kontraksinya,” ungkapnya dalam webinar dengan topik pembahasan resesi yang diadakan oleh Akurat.co pada Selasa (25/8/2020).
Secara teknis, ramalan tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi kemungkinan besar akan memasuki jurang resesi pada kuartal ketiga mendatang. Namun, ia menitikberatkan kontraksi ekonomi tersebut harus dilihat dari tren pemulihannya.
“Yang perlu kita ketahui bahwa ketika resesi terjadi, ada tren yang memburuk dan membaik sehingga kita bisa membedakan kondisinya,” sambungnya
Berikutnya, Faisal mengajak masyarakat untuk memahami esensi dari pertumbuhan ekonomi sehingga jurang resesi tidak jatuh terlalu dalam pada kuartal keempat dan seterusnya.
Baca Juga
Ia menitikberatkan kondisi perekonomian yang memburuk juga terjadi pada beberapa negara di seluruh dunia. Hanya beberapa negara seperti China dan Vietnam yang menurutnya mampu terlepas dari jurang resesi akibat dari aksi penanganan Covid-19 yang cepat dan tepat sejak awal penyebarannya.
Dengan demikian, Faisal menyarankan fokus utama dari program pemulihan ekonomi bisa diimplementasikan dengan lebih cepat. Pemerintah juga diajak untuk membuka diri sehingga solusi terbaik bisa diakomodasi.
“Contohnya, memastikan bansos tepat sasaran itu penting tapi tidak kalah penting distribusinya cepat. Apalagi masyarakat bawah, mereka tidak bisa menunggu lama-lama banyak yang bergantung pada pendapatan harian dan BLT,” tutupnya.