Bisnis.com, JAKARTA — Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyiapkan tiga strategi komprehensif untuk mengendalikan industri tembakau.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas Pungkas Bahjuri Ali mengatakan bahwa pihaknya menyiapkan tiga strategi utama dalam beberapa tahun ke depan.
Pertama, adalah kebijakan fiskal melalui cukai hasil tembakau (CHT) dengan beberapa cara. Salah satunya adalah kenaikan tarif CHT, simplifikasi tarif, dan penguatan regulasi, serta dengan cara pemanfaatan pajak rokok dan pengawasan.
“Salah satu target kami adalah menurunkan prevalensi usia merokok. Kita harus berpikir manfaat mana yang lebih besar antara industri hasil tembakau dan kesehatan,” katanya, Sabtu (15/8/2020).
Pungkas menambahkan bahwa strategi kedua, adalah exit strategy atau jalan keluar bagi pekerja dan petani di industri tembakau. Caranya ialah dengan pendampingan petani, pengalihan komoditas tanam, dan perlindungan sosial pekerja.
Sementara itu, strategi ketiga, adalah kebijakan nonfiskal seperti pelarangan iklan, promosi, dan sponsor, serta memperluas kawasan tanpa rokok, pengawasan penjualan, dan pelarangan rokok elektrik.
Baca Juga
“Roadmap industri tembakau memang tidak bisa berdiri sendiri karena satu aspek belum tentu cocok dengan kepentingan lain. Misalnya, kesehatan petani, maka kita harus membuat garis besar agar tidak timbul kegaduhan,” katanya.
Sementara itu, Misbakhun, Anggota Komisi XI DPR, tidak bersepakat dengan strategi yang diusulkan oleh pemerintah. Pasalnya, implementasi strategi itu akan menyebabkan ketidakadilan.
“Kalau yang ingin dikurangi adalah perokok usia muda, maka yang ditekan jangan industrinya. Selain itu, jalan keluar yang ditawarkan tidak cocok bagi petani dan pekerja,” tegasnya.
Menurutnya, bila strategi ini terealisasi, industri otomotif musti mendapatkan perlakuan yang serupa.
Misbakhun menilai banyak anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan persis seperti merokok yang berbahaya bagi kesehatan.
Pemerintah, katanya, perlu mengambil sikap tegas untuk menjadikan tembakau sebagai industri strategi seperti kelapa sawit. Menurutnya, tidak ada industri lain yang mampu memberi keuntungan hingga 57 persen kepada negara pada setiap batang rokok.
“Selama ini, anggaran untuk tembakau Rp0, padahal kontribusinya mencapai triliunan. Pemerintah dalam industri rokok tidak melakukan pembinaan justru pembinasaan,” tegasnya.