Bisnis.com, JAKARTA - Industriawan memilih bersikap realistis dalam menghadapi kuartal III/2020. Adapun, kecepatan, ketepatan, dan langkah extraordinary implementasi stimulus masih dinilai menjadi kunci utama dalam menepis ancaman resesi pada akhir September 2020.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan kepercayaan diri konsumen untuk melakukan konsumsi menjadi kunci. Pasalnya, saat ini konsumen, khususnya di kelas menengah dan menengah-atas, masih ragu untuk melakukan konsumsi kendati pemerintah telah menyuntikkan dana langsung ke masyarakat.
"Kalau orang semakin takut, semakin sulit lagi [konsumen] belanjanya. Jadi, create demand dan dipastikan stimulus itu benar-benar jalan," ujar Wakil Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani kepada Bisnis, Selasa (11/8/2020).
Shinta mengingatkan bahwa kecepatan menjadi esensial saat ini lantaran kuartal III/2020 akan berakhir sekitar 45 hari lagi. Oleh karena itu, kecepatan implementasi stimulus kepada pabrikan, suntikan dana ke masyarakat, dan belanja pemerintah menjadi kunci.
Pasalnya, ujar Shinta, peningkatan performa ekspor pabrikan saat ini terbatas karena sangat tergantung dari keadaan negara tujuan ekspor. Dengan kata lain, kontrol industriwan dalam menggenjot pendapatan devisa hampir tidak ada.
"Kita cuma punya [waktu] 1 bulan, realistis lah. Tentu kami mendukung pemerintah bahwa kami mau optimistis, tapi harus lihat kenyataan hari ini,"ucapnya.
Baca Juga
Senada, Ketua Bidang Perindustrian Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Johnny Darmawan mengatakan pihaknya realistis akan terjadi penurunan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III/2020. Namun demikian, Kadin berharap penurunan tersebut tidak sampai ke zona merah.
"Kalau lihat dari [laju penurunan PDB] dari 2 persen ke minus 5 persen, tanpa ada effort yang luar biasa, kemungkinan akan terjadi krisis [ekonomi]," katanya.
Oleh karena itu, Johnny menilai perlu ada extraordinary effort oleh pemerintah dalam menggenjot performa industri pengolahan. Johnny mencatat industri pengolahan berkontribusi sekitar 30-40 persen dari total industri.
Johnny berpendapat beberapa subsektor manufaktur yang dapat menjadi pendorong adalah industri yang memproduksi non-durable goods atau barang konsumsi. Adapun, subsektor manufaktur yang dimaksud seperti industri makanan dan minuman, industri farmasi, dan industri alat kesehatan.
"Sekarang sudah ada uang yang turun [langsung ke masyarakat] dan hendaknya [uang tersebut] dibelanjakan. [Oleh karena itu] industri domestik yang berkaitan dengan konsumsi [masyarakat] yang bisa naik [pada kuartal III/2020]," katanya kepada Bisnis.