Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam di kuartal kedua tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia terkontraksi -5,32 persen secara year on year (yoy). Dibandingkan dengan kuartal I/2020, ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar -4,19 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan dampak dari pandemi Covid-19 jelas membawa dampak yang luar biasa pada perkonomian Indonesia, bahkan banyak negara di dunia, mulai dari masalah kesehatan hingga ke sosial dan ekonomi.
Berdasarkan lapangan usaha, hanya 3 sektor yang mencatatkan pertumbuhan negatif, lainnya terkontraksi. Kontraksi paling dalam terjadi pAda sektor transportasi dan pergudangan yaitu -30,84 persen yoy.
Suhariyanto mengatakan masalah yang ditimbulkan pandemi Covid-19 bukan persoalan yang gampang, bahkan di banyak negara juga mengalami kontraksi ekonomi.
"Banyak yang perlu kita persiapkan di triwulan ketiga, sehingga diharapkan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga akan lebih bagus dari triwulan kedua," katanya, Rabu (5/8/2020).
Baca Juga
Suhariyanto mengatakan, seiring dengan adanya relaksasi PSBB, beberapa indikator ekonomi sudah mulai megalami perbaikan yang tercermin dari beberapa aktivitas ekonomi sudah mulai bergerak.
"Misalnya transportasi udara internasional dari Mei ke Juni naik 54,7 persen dan transportasi udara domestik naik 791,38 persen dari Mei. Selama juni setelah adanya relaksasi PSBB sudah ada denyut ekonomi," katanya.
Di samping itu, katanya PMI juga mengarah positif, yang mana pada Juli naik 46,9 semakin mendekati angka 50.
"Kita semua berharap triwulan ketiga geliat ekonomi akan bagus dan pertumbuhan ekonomi akan bagus. tapi kita semua harus kerja sama membangun optimisme melawan Covid-19. Kunci yang paling penting adalah kedisiplinan mematuhi protokol Covid-19," jelasnya.