Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2020, yaitu minus 5,32 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pandemi Covid-19 telah menimbulkan goncangan ekonomi yang mengarah pada resesi global.
Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk menekan penyebaran virus corona, seperti penutupan sekolah dan beberapa kegiatan bisnis, pembatasan sosial berskala besar, bahkan lockdwon mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investasi.
Lalu, bagaimana kondisi beberapa negara yang menjadi mitra dagang Indonesia pada periode yang sama?
Suhariyanto menyebutkan ekonomi mitra dagang Indonesia juga mengalami kontraksi pada kuartal II/2020, kecuali China.
"China sudah ada recovery pada kuartal kedua dengan pertumbuhan sebesar 3,2 persen yoy," ujarnya pada Rabu (5/8/2020).
Negeri Tirai Bambu tersebut telah mengalami kontraksi pada kuartal I tahun ini dengan pertumbuhan ekonomi sebesar -6,8 persen.
Sumber: Paparan BPS, 2020
Pangsa pasar ekspor terbesar kedua, yaitu Amerika Serikat juga mengalami kontraksi yang dalam, yaitu sebesar -9,5 persen pada kuartal kedua 2020. Kuartal sebelumnya, ekonomi Negeri Paman Sam tersebut masih tumbuh sebesar 0,3 persen.
Negara tetangga Singapura mengalami resesi setelah dua kuartal berturut-turut mencatatkan kontraksi, yaitu sebesar -0,3 persen pada kuartal I dan -12,6 persen pada kuartal II tahun ini.
Korea Selatan tercatat pertumbuhan ekonominya terkontraksi sebesar -2,9 persen setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,4 persen pada kuartal pertama.
Hong Kong dan Uni Eropa kompak mencatatkan kontraksi dalam 2 kuartal terakhir. Ekonomi Hongkong mengalami koreksi sebesar -9,0 persen setelah pada kuartal I lalu mencatatkan minus 9,1 persen.
Adapun, ekonomi Uni Eropa terkontraksi paling dalam dibandingkan dengan negara mitra dagang Indonesia lainnya, yaitu sebesar -14,4 persen pada kuartal II. Pada kuartal I/2020, ekonomi Uni Eropa mengalami penurunan sebesar -2,5 persen.
Sementara itu, Vietnam masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif sebesar 0,4 persen pada kuartal II/2020. Namun, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 3,8 persen.
Adapun, kontraksi ekonomi Indonesia sebesar 5,32 persen pada kuartal II/2020 ini merupakan penurunan produk domestik bruto (PDB) terbesar sejak kuartal I/1999.
Dengan demikian, kontraksi ekonomi ini menjadi kontraksi kuartalan terbesar sejak dua dekade lalu. "Sejak triwulan I/1999 mengalami kontraksi sebsar 6,13 persen," ujar Suhariyanto.
Kepala BPS pun mengimbau agar semua pihak membangun optimisme. Pasalnya, dia melihat adanya geliat ekonomi sejak relaksasi PSBB pada awal Juni lalu.
"Meskipun masih jauh dari total. Jadi triwulan ketiga, harus menggandeng tangan sehingga geliat ekonomi bergerak," ungkapnya.