Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri ritel modern telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi semester II/2020.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkapkan target penjualan ritel modern tahun ini direvisi dari 3--4 persen menjadi 1--2 persen dengan nilai total penjualan sekitar 30% dari total perkiraan realisasi tahun ini, yakni Rp135 triliun.
Sejumlah strategi akan diterapkan oleh pelaku industri, antara lain; pertama, promosi yang ditujukan kepada segmen konsumen tertentu. Kedua, menjalin kerja sama dengan bank dan tekfin untuk memberikan reward dan uang kembali kepada konsumen.
Ketiga, meningkatkan level pelayanan antar. Keempat melakukan penjualan secara omnichannel lewat pemberdayaan teknologi digital seperti WhatsApp dan media sosial lainnya.
Adapun, daya beli masyarakat yang belum membaik dan penyaluran stimulus oleh pemerintah yang masih belum maksimal masih menjadi penyebab utama dari belum baiknya kinerja industri ritel modern .
Rendahnya daya beli masyarakat akibat upaya efisiensi seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), pemotongan gaji karyawan, dan penyempitan biaya operasional yang dilakukan perusahaan pun dinilai membuat penjualan di industri ritel modern pada semester kedua stagnan.
Baca Juga
Selain itu, pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan pemerintah dalam beberapa bulan belakangan dinilai belum memberikan efek positif yang signifikan.
"Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), Indeks Penjualan Riil masih -20,6 persen. Membaik pada Juni 2020 menjadi -14 persen. Tapi itu tidak signifikan karena masih minus," ujar Roy kepada Bisnis, Selasa (4/8/2020).