Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi pada Juli 2020 akan mencapai sebesar 0,05 persen month-to-month (mtm) atau 1,70 persen year-on-year (yoy).
Perkiraan laju inflasi bulanan pada Juli tersebut diproyeksi mengalami perlambatan dibandingkan dengan inflasi pada Juni 2020, yang tercatat sebesar 0,18 persen mtm atau 1,96 persen yoy.
"Perlambatan ini diperkirakan terjadi akibat masih terjadi deflasi pada komponen harga bergejolak dimana harga pangan seperti bawang merah, bawang putih, dan daging ayam," katanya kepada Bisnis, Kamis (30/7/2020).
Josua mengutarakan harga bawang merah, bawang putih, dan daging ayam masih mengalami penurunan masing-masing sebesar -27,97 persen, -17,85 persen, dan -7,29 persen.
Menurut Josua, deflasi pada sebagian besar bahan pangan diakibatkan oleh masih lemahnya permintaan dari masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Sementara, pendorong utama dari inflasi pada Juni 2020 adalah inflasi inti, yang diperkirakan akan tercatat sebesar 2,14 persen yoy dari bulan sebelumnya 2,26 persen yoy.
Baca Juga
Perlambatan inflasi inti ini didorong oleh kenaikan harga emas pada bulan Juli sebesar sebesar 10,34 persen, akibat kenaikan harga komoditas emas global, disertai dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.
Josua menuturkan, permintaan pada awal kuartal ketiga tahun ini masih lemah, terutama di tengah masa tahun ajaran baru sekolah. Menurutnya, konsumen cenderung membatasi konsumsi secara umum dan memprioritaskan konsumsi pendidikan serta kebutuhan dasar lainnya.
"Oleh sebab itu. di tengah turunnya daya beli masyarakat sejak awal tahun serta ditambah dengan momentum tahun ajaran baru sekolah, sisi permintaan cenderung masih lemah," katanya.
Oleh sebab itu, kata Josua, penyerapan stimulus ekonomi (PEN) untuk sisi permintaan masih perlu terus ditingkatkan produktivitasnya.