Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri persepatuan mendorong percepatan implementasi penjaminan kredit korporasi senilai Rp53,37 triliun sebagai bagian insentif dari pemerintah.
Direktur Eksekutif Asprisindo Firman Bakrie memandang langkah pemerintah tersebut sebagai rasa peduli pemerintah terhadap industri padat karya. Menurutnya, bantuan stimulus tersebut akan cukup meringankan beban pabrikan saat ini.
"Ini cukup membantu industri dan saya rasa akan dimanfaatkan [pelaku] industri. Cuma, yang pada level teknis yang [berpotensi] menjadi terkendala. Saya rasa perlu dukungan Kemenperin duntuk bisa memfasilitasi industri dan perbankan supaya stimulus ini terserap dengan baik," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (29/7/2020).
Namun demikian, nilai program bantuan penjaminan kredit tersebut dinilai tidak akan cukup menutupi kebutuhan seluruh industri.
Pasalnya, industri alas kaki saja membutuhkan sekitar 50 persen dari nominal yang dijanjikan untuk bertahan melewati kuartal III/2020, sedangkan nominal tersebut dianggarkan hingga akhir 2021.
Firman menghitung setidaknya industri alas kaki saat ini memutuhkan modal kerja senilai Rp24,7 triliun untuk bertahan hingga akhir kuartal III/2020.
Firman menyatakan belum dapat menghitung modal kerja yang dibutuhkan hingga akhir tahun karena akan ada penyesuaian pada kuartal IV/2020.
Oleh karena itu, Firman mengerti bahwa tidak akan semua industriwan akan mendapatkan fasilitas tersebut.
Penggunaan SIINAS
Pihaknya juga mengusulkan agar pemerintah menggunakan data yang terkumpul dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) dalam menentukan penerima manfaat.
"Siapa yang bisa berkontribusi lebih atau berdampak cuku besar [terhadap perekonomian nasional] untuk menerima manfaat. Saya rasa, secara data sudah mencukupi tinggal bagaimana dukungan Kemenperin untuk bisa mempermudah [penerimaan manfaat] secara teknisnya," ucapnya.
Sebelumnya, Firman mendata saat ini konsolidasi kapasitas pasar lokal dan global kurang dari 50 persen. Artinya, akan ada PHK tenaga kerja di industri alas kaki lebih dari 450.000 orang jika kondisi pasar tidak membaik.
Oleh karena itu, Firman meminta adanya bantuan dari pemerintah untuk menjaga stabilitas modal kerja pabrikan alas kaki. Menurutnya, saat ini kondisi arus kas pabrikan sudah genting lantaran permintaan kepada industri alas kaki sekitar 5 bulan pada semeter I/2020 hilang.
"Kalau sampai beerapa bulan ini tidak dapat [bantuan dari pemerintah], mau tidak mau sudah ada beberapa parikan yang harus memikirkany next step-nya," ucapnya.
Firman meramalkan pabrikan alas kaki dapat mulai bergerak paling cepat pada medio kuartal III/2020. Hal tersebut dapat terjadi jika permintaan alas kaki di pasar domestik maupun global kembali tumbuh mengingat pergerakan arus barang dan manusia di dunia mulai bergerak.
Adapun, utilitas industri alas kaki pada akhir akhir semester I/2020 berada lebih rendah dari level 30 persen lantaran permintaan global mulai menyusut.
Dengan mulai bergeraknya arus barang dan manusia saat ini, Firman masih belum dapat meramalkan utilitas industri alas kaki pada akhir 2020.