Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peningkatan Investasi Bisa Dorong Ekspor Indonesia

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengemukakan pengembangan ekspor dalam jangka pendek akan diarahkan pada produk-produk baru yang muncul sebagai imbas dari pandemi.
Pengunjung berada di salah satu stand pameran International Furniture Expo (IFEX) 2017 di Jakarta, Senin (13/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung berada di salah satu stand pameran International Furniture Expo (IFEX) 2017 di Jakarta, Senin (13/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA- Performa ekspor hasil industri agrobisnis Indonesia berpotensi terdongkrak jika didukung dengan peningkatan investasi di dalam negeri.

Menggaet investasi dari China menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Beberapa produk agrobisnis yang dapat lebih dioptimalisasi performanya dengan peningkatan investasi adalah adalah furnitur kayu, rotan, dan bambu.

Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim, ekspor produk furnitur masih berpeluang untuk ditingkatkan dengan capaian pada 2019 lalu sebesar US$1,94 miliar. Jumlah tersebut terbilang rendah dibandingkan Vietnam yang bisa mencapai US$11 miliar pada 2019.

“Salah satu target kita adalah menarik investor dari China untuk berinvestasi di Indonesia. Perang dagang membuat ekspor mereka ke Amerika Serikat terganggu. Sementara ekspor ke Amerika Serikat sangat besar,” ujar Abdul dalam webinar bertema ‘Ayo Jual & Beli Produk Sendiri - Seller Market Orientation’ yang digelar pada Rabu (22/7/2020).

Jika Indonesia bisa memanfaatkan relokasi dan investasi industri dari China, Abdul mengatakan bukan tak mungkin kinerja ekspor dapat meningkat. Meski demikian, dia juga menyebutkan bahwa harga sewa lahan masih menjadi salah satu kendala dalam realisasi visi tersebut.

“Kami sudah bahas ini dengan BKPM namun perkembangan terbaru disebutkan bahwa untuk sewa lahan di Kawasan Industri Batang akan dibebaskan selama tiga sampai lima tahun. Mudah-mudahan bisa menarik investasi dari China,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengemukakan bahwa pengembangan ekspor dalam jangka pendek juga bakal diarahkan pada produk-produk baru yang muncul sebagai imbas dari pandemi. Produk-produk ini sendiri mencakup produk farmasi dan produk ekspor inovasi baru atau hasil relokasi industri negara lain ke Indonesia.

“Untuk jangka pendek, fokus pengembangan produk ekspor akan dikonsentrasikan pada produk yang pertumbuhannya positif selama pandemi seperti makanan dan minuman serta alat kesehatan. Kemudian pada produk yang diperkirakan pasca pandemi seperti otomotif dan TPT. Dan juga pada produk yang baru muncul akibat dari inovasi atau hasil relokasi industri dari negara lain ke Indonesia,” terang Agus.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi langsung sepanjang kuartal II/2020 mencapai Rp191,9 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 263.109 orang.

Realisasi ini turun 3,4 persen dibandingkan realisasi kuartal II/2019 dan turun 8,9 persen dibandingkan kuartal I/2020.

Investasi pada sektor listrik, gas, dan air menjadi penyumbang terbesar dengan realisasi Rp30,5 triliun yang disusul oleh sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi dengan nilai Rp27 triliun.

Adapun realisasi investasi dalam negeri untuk industri kayu pada periode ini tercatat senilai Rp199,8 miliar dan US$6,4 juta dari penanaman modal asing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper