Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Load Factor Pesawat Rendah, Integrasi Bandara Bisa Jadi Solusi

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai intergrasi beberapa bandara bisa menjadi solusi di tengah minimnya penumpang pesawat untuk menekan biaya operasional.
Penumpang antre di Garbarata atau jembatan penghubung ruang tunggu ke pesawat di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/2/2019)./ANTARA-Aji Styawan
Penumpang antre di Garbarata atau jembatan penghubung ruang tunggu ke pesawat di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (14/2/2019)./ANTARA-Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA – Pengelola bandara nasional disarankan melakukan pengintegrasian beberapa bandara yang berada dalam satu cakupan wilayah menjadi satu untuk mengurangi beban operasional.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan langkah integrasi tersebut bisa menjadi salah satu opsi strategi luar biasa yang perlu dipertimbangkan pada masa pandemi Covid-19. Contohnya, wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta bisa mengoperasikan salah satu bandara saja.

Adapun, saat ini dua provinsi tersebut memiliki sejumlah bandara besar, antara lain Bandara Jenderal A. Yani di Semarang, Yogyakarta International Airport di Kulon Progo, Bandara Adi Sucipto di Yogyakarta, dan Bandara Adi Sumarmo di Solo.

"Pengelola bisa menentukan salah satu [bandara] yang paling efisien biaya operasinya, alat navigasinya lengkap, ekonomis dan tersedia layanan transportasi [pendukung]," kata Agus, Senin (20/7/2020).

Dia menambahkan bandara yang dipilih tidak perlu yang memiliki kapasitas besar. Terlebih, pada masa ini tingkat isian pesawat juga masih sangat rendah, yakni sekitar 15 persen tiap penerbangan.

Selain itu, kata Agus, bandara yang belum mempunyai akses seperti Bandara Kertajati segera ditutup sementara. Di sisi lain, bagi bandara yang masih dalam pembangunan atau perluasan seperti Bandara Kediri maupun Bandara Sultan Hasanuddin Makassar juga bisa dihentikan terlebih dahulu.

“Yang mempunyai lebih dari satu terminal dan landasan [seperti Bandara Juanda Surabaya dan Bandara Soekarno-Hatta] gunakan satu saja. Penghematan perlu dilakukan untuk bisa bertahan melayani konsumen dengan aman,” imbuhnya.

Agus menyampaikan pandemi Covid-19 juga menghancurkan bisnis bandara akibat maskapai dan jumlah penumpang minim. Hal ini sebagai dampak turunnya daya beli serta hilangnya anggaran perjalanan Kementerian/Lembaga karena direlokasi ke penanganan pandemi Covid-19, ditambah tidak jelasnya kebijakan sektor pariwisata yang membuat publik enggan bepergian.

Dampak pandemi Covid-19 di industri penerbangan semakin jelas dengan hilangnya pendapatan bandara dan maskapai penerbangan hampir 90 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Tak hanya itu, efeknya juga berpengaruh pada pendapatan sektor penerbangan lainnya, seperti AirNav Indonesia, Pertamina, dan bisnis ritel lain di semua terminal bandara.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper