Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Andai Shell Hengkang Dari Proyek Masela, Prosesnya Tidak Akan Lama

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menuturkan bahwa pihaknya belum dapat memastikan berapa besaran saham yang akan didivestasikan Shell pada proyek Blok Masela.
Karyawan menggunaan helm berlogo Shell di fasilitas pencampuran pelumas di Rusia (7/2/2018). Bloomberg/Andrey Rudakov
Karyawan menggunaan helm berlogo Shell di fasilitas pencampuran pelumas di Rusia (7/2/2018). Bloomberg/Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan bahwa apabila Shell Upstream Overseas Ltd nantinya melepas kepemilikan sahamnya pada proyek Lapangan Abadi di Blok Masela, prosesnya tidak akan berlangsung lama.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menuturkan bahwa pihaknya belum dapat memastikan berapa besaran saham yang akan didivestasikan Shell pada proyek Blok Masela.

Menurut dia, hingga saat ini proses tersebut masih berlangsung dan masih sangat tergantung dengan tingkat keekonomian proyek Abadi Masela.

"Saya kira informasi-informasi divestasi masih informasi awal, tetapi kalau itu akan terjadi prosesnya saya kira kurang lebih berjalan satu setengah tahun dari sekarang. Untuk itu 2020 atau 2021 kalau akan terjadi proses divestasi berlanjut maka 2021 prosesnya sudah harus selesai," katanya dalam paparannya kepada media, Jumat (17/7/2020).

Adapun, Dwi mengatakan bahwa alasan Shell berencana mundur dari proyek tersebut bukan dikarenakan tipe proyek Blok Masela yang berada di onshore.

Namun, dia menjelaskan bahwa terjadi adalah pengaturan ulang portofolio dari Shell secara global. "Jadi bukan hanya proyek Abadi Masela, tapi mereview proyek secara global," ungkapnya.

Kendati demikian, Dwi menuturkan bahwa hingga saat ini Inpex Masela Ltd. dan Shell menyatakan komitmennya untuk terus mendukung proyek Abadi Masela.

Dia berharap agar proyek ini bisa terus berjalan mengingat kapasitasnya yang sangat diperlukan bagi Indonesia.

"Kendala harga minyak dan gas tentu menjadi bahan pokok saat ini untuk melihat tingkat keekonomian Abadi Masela yang operatornya Inpex. Sejauh ini SKK Migas berkoordinasi dengan Inpex berkaitan dengan operasi atau pelaksanaan proyek Masela ini," tuturnya.

Sejauh ini Proyek LNG Abadi telah menyelesaikan Revisi POD-I yang disetujui Menteri ESDM pada 5 Juli 2019. Selain itu, SKK Migas telah menerbitkan SK Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah untuk Pelabuhan Kilang LNG Abadi pada 1 Juni 2020.

Tidak hanya itu, tender FEED onshore LNG, FPSO, Gas Export Pipeline (GEP) dan Subsea Umbilical, Riser dan Flowline (SURF) sedang berlangsung.

Dikutip dari energyvoice.com, keinginan Shell untuk hengkang dari Proyek Abadi akibat kekhawatiran tidak ada pembeli gas.

Setidaknya, berdasarkan riset Rystad Energy, harga 35 persen saham di Proyek Abadi senilai US$2,2 miliar. Saat ini, 65  persen saham dan operator dimiliki oleh Inpex.

Sebenarnya rumor Shell bakal cabut dari Blok Masela sudah terdengar dari 2019. Di sisi lain, Direktur Penelitian Asia Pasific Woo Mackenzie Andrew Harwood mengatakan ada banyak subtansi di balik isu hengkangnya Shell dari Masela kali ini.

"Baru-baru ini Shell menuliskan portofolio hulunya, yang mungkin menandakan perubahan portofolio bisnisnya," katanya.

Sementarai itu, Direktur Pelaksana Konsultan Hulu Migas Molyneux Advisors Simon Molyneux mengatakan biaya pengembangan proyek Abadi terlihat tinggi, ada tantangan teknik di sana.

"Kemungkinan Japan Inc akan masuk dalam perencanaan, seperti yang mereka lakukan di Mozambik. Saya tidak bisa melihat [kemungkinan] perusahaan barat masuk. Pertamina mungkin jadi pembeli terakhir," ujarnya.

Sebelumnya, Inpex Masela Ltd. menyatakan komitmennya untuk kelanjutan pengerjaan proyek Blok Masela.

Act. Corporate Communication Manager Inpex Masela Moch N. Kurniawan mengatakan pada saat ini pihaknya masih berfokus pada pengembangan Proyek LNG Abadi.

Dia menambahkan, dengan dukungan pemerintah, pihaknya yakin proyek tersebut akan tereus berlanjut.

"Kami secara aktif bekerja melaksanakan POD yang disetujui oleh pemerintah Indonesia," katanya kepada Bisnis, Rabu (8/7/2020).

Sementara itu, saat dikonfirmasi secara terpisah, Shell Indonesia masih memilih tidak berkomentar terkait dengan posisinya saat ini di proyek Abadi di Blok Masela.

Rhea Sianipar, VP External Relation Shell Indonesia mengatakan bahwa pihaknya enggan mengomentari kabar mundurnya Shell Indonesia dari kemitraannya dengan Inpex.

"Terkait pertanyaan diatas [kemitraan dengan Inpex di Masela], belum ada komentar," katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu (5/7/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper