Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wisata Medis, Pandemi Covid-19 Harus Jadi Ladang Berbenah bagi RS

Pandemi Covid-19 merupakan momentum bagi rumah sakit di Indonesia untuk berbenah demi meningkatkan kualitas layanannya.
Wisata medis/travelinsuranceoffie.com
Wisata medis/travelinsuranceoffie.com

Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 dipandang harus menjadi momentum bagi rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.

Direktur Indonesia Medical Tourism Board (IMTB) Yudiyantho mengatakan pandemic virus Corona yang melanda seluruh dunia, termasuk di Indonesia, harus dimanfaatkan rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan agar tidak kalah dengan luar negeri.

"Kondisi wabah seperti sekarang ini sejumlah negara termasuk Singapura melarang pasien baru datang berobat ke rumah sakit sehingga ini bisa menjadi momentum bagi rumah sakit untuk meningkatkan standar layanan," katanya, dikutip dari Antara, Senin (13/7/2020).

Ia mengemukakan banyak rumah sakit di Indonesia yang sebenarnya sudah mengantongi akreditasi internasional serta mendapat pengakuan oleh lembaga internasional untuk mutu pelayanan kesehatan.

"Ada beberapa di Jakarta seperti Jakarta Eye Center, Morula IVF, dan RSPAD Gatot Subroto, serta beberapa lainnya termasuk di daerah. Rumah sakit-rumah sakit ini mampu bersaing dengan yang ada di Malaysia dan Singapura," tambahnya.

Menurutnya, seharusnya dengan banyaknya rumah sakit memiliki mutu dan layanan setara negara maju, masyarakat tidak perlu lagi berobat ke luar negeri, seperti ke Malaysia, Singapura, atau Australia.

“Di tengah pandemi Covid-19 ini justru merupakan peluang besar bagi penyedia layanan kesehatan di Indonesia untuk dapat memberikan layanan kesehatan bagi yang terbiasa melakukan perjalanan wisata medis ke luar negeri”, ujarnya.

udiyantho menyebut berdasarkan data yang dirilis Indonesia Services Dialog (ISD), setiap tahun setidaknya orang Indonesia mengeluarkan uang Rp100 triliun untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di luar negeri.

Masih dari survei yang sama, jumlah orang Indonesia yang berobat ke luar negeri mengalami peningkatan hampir 100 persen selama 10 tahun terakhir. Jika pada 2006 terdapat 350.000 orang pasien yang berobat ke luar negeri, angkanya melonjak menjadi 600.000 pasien pada 2015.

“Artinya, potensi kehilangan devisa di bidang wisata medis [medical tourism] sangat besar, ” kata dia.

Untuk merebut momen tersebut, Yudiyantho mengungkapkan seluruh pemangku kepentingan wisata medis Indonesia harus bekerjasama untuk merebut pasar domestik dengan dengan tujuan yang sama.

”Kunci merebut pasar domestik adalah edukasi dan promosi kepada masyarakat Indonesia. Kita tunjukkan bahwa kualitas dan layanan kesehatan Indonesia sangat baik,” tegasnya.

Namun, dia menambahkan, dalam hal menyediakan layanan kesehatan prima dan mengembangkan wisata medis di Indonesia, semua pemegang kepentingan sebaiknya dapat mengeluarkan kebijakan yang bisa mendukung program wisata medis dalam negeri.

"Tentu saja semua ini akan bisa berjalan dengan baik dengan adanya dukungan penuh pemerintah terutama dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan juga BUMN terkait. Dengan begitu sinergi akan terbentuk dengan membantu promosi secara beriringan dengan pihak swasta sehingga Indonesia dapat bersaing dalam kancah wisata medis dunia,” tekan Yudiyantho .


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper