Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menilai bisnis pergudangan di tengah pandemi dan normal baru ini mengalami stagnasi karena pandemi berdampak terhadap bisnis gudang barang jadi dan bahan mentah.
Ketua ALI Zaldi Ilham Masita mengatakan pertumbuhan pergudangan cenderung stagnan di masa pandemi ini, bahkan ada yang negatif. Namun, secara prospek dia menilai bisnis ini masih menjanjikan dalam jangka panjang.
Menurutnya, kebutuhan pergudangan memang meningkat karena ada penurunan daya beli masyarakat yang sangat tajam. Penurunan ini yang membuat peningkatan jumlah barang tidak bergerak sehingga kebutuhan penyimpanan pun terdongkrak.
Namun, biaya pergudangan ini juga menjadi beban tambahan bagi para pemilik barang yang modal kerjanya sudah terpakai untuk membuat barang tersebut dan tidak bisa dijual.
Dengan demikian, perusahaan pergudangan harus menurunkan harga jual atau biaya sewa warehouse-nya dengan tajam dan bersedia dibayar dalam jangka waktu yang lebih lama.
"Ini adalah fenomena gudang barang jadi, sedangkan bahan baku malah sebaliknya. Kebutuhan akan gudang sangat sedikit karena impor bahan baku masih rendah dan belum kembali normal," ujarnya, kepada Bisnis, Kamis (2/7/2020)..
Baca Juga
Dia menegaskan karena bisnis pergudangan membutuhkan biaya investasi yang besar dan jangka panjang, perusahaan pergudangan harus melihat ke depan setelah Covid-19 ini dan mulai melakukan investasi dari sekarang.
"Prospek pergudangan di Indonesia setelah Covid-19 masih sangat cerah karena bentuk negaranya kepulauan yang membutuhkan banyak gudang di berbagai lokasi," katanya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan laju pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada triwulan I/2020 sebesar 1,27 persen atau tumbuh 5,45 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Tak jauh berbeda, sub sektor pergudangan dan jasa penunjang angkutan serta pos dan kurir juga mengalami pertumbuhan negatif 0,73 persen.