Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belanja Perpajakan Transportasi dan Pergudangan Melonjak di 2026, Capai Rp43,6 Triliun

Belanja perpajakan sektor transportasi dan pergudangan diproyeksikan mencapai Rp43,6 triliun pada 2026, didorong oleh peningkatan penumpang dan insentif pajak.
KAI Commuter mendatangkan secara bertahap sarana KRL baru dari PT INKA (Persero) dan CRRC. Terkini, KAI Commuter kembali telah mendatangkan Train Set (TS) atau rangkaian ke-6 dan ke-7 dari CRRC, Jumat, 23 Mei 2025. / commuterline.id
KAI Commuter mendatangkan secara bertahap sarana KRL baru dari PT INKA (Persero) dan CRRC. Terkini, KAI Commuter kembali telah mendatangkan Train Set (TS) atau rangkaian ke-6 dan ke-7 dari CRRC, Jumat, 23 Mei 2025. / commuterline.id
Ringkasan Berita
  • Belanja perpajakan untuk sektor transportasi dan pergudangan diproyeksikan mencapai Rp43,6 triliun pada 2026, meningkat signifikan dari Rp18,3 triliun pada 2021.
  • Peningkatan belanja perpajakan ini didorong oleh melonjaknya jumlah penumpang transportasi umum dan insentif pajak seperti PPN tidak dikenakan atas jasa angkutan umum.
  • Pemerintah juga memberikan insentif tambahan seperti pengurangan dasar pengenaan pajak untuk biaya transportasi dan dukungan bagi kendaraan listrik, guna memperkuat kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Tren subsidi pajak berupa pengurangan, penghapusan, maupun ditanggung pemerintah alias belanja perpajakan untuk sektor transportasi dan pergudangan terpantau terus mengalami kenaikan. Pada 2026 diestimasikan capai rekor tertinggi senilai Rp43,6 triliun.

Mengutip Buku II Nota Keuangan beserta RAPBN 2026, terlihat tren belanja perpajakan sektor tersebut konsisten meningkat—setidaknya sejak 2021.

Pada 2021, estimasi belanja yang pemerintah keluarkan senilai Rp18,3 triliun untuk transportasi dan pergudangan. Kemudian meningkat menjadi 23,1 triliun pada 2022 dan mencapai 26,3 triliun.

Tahun berikutnya, belanja pajak diestimasikan mencapai Rp29,4 triliun dan pada 2025 diproyeksikan mencapai Rp39,7 triliun. Artinya dalam kurun waktu enam tahun terakhir, terdapat kenaikan belanja sekitar Rp25,3 triliun.

Bahkan, sektor transportasi dan pergudangan ini termasuk dalam lima teratas dengan belanja paling jumbo untuk 2026. Didahului oleh industri pengolahan Rp141,7 triliun, pertanian kehutanan, dan perikanan senilai Rp63,8 triliun, perdagangan Rp59,3 triliun, serta jasa keuangan dan asuransi senilai Rp54,4 triliun.

Sementara mengutip buku Laporan Belanja Perpajakan 2023 milik Kementerian Keuangan, peningkatan belanja pajak tersebut sejalan dengan melonjaknya jumlah penumpang transportasi umum.

“Peningkatan jumlah penumpang angkutan umum mendorong naiknya pemanfaatan skema insentif PPN tidak dikenakan atas jasa angkutan umum di sektor transportasi dan pergudangan,” tulis dokumen tersebut, dikutip pada Selasa (19/8/2025).

Tercermin misalnya dari angkutan kereta. Secara kumulatif, jumlah penumpang kereta seluruh jenis, selama Januari–Juni 2025 mencapai 261,8 juta orang atau naik 9,27% year on year (YoY).

Selain PPN tidak dikenakan atas jasa angkutan umum, pemerintah juga memberikan fasilitas pengurangan dasar pengenaan pajak (DPP) untuk biaya transportasi bagi freight forwarding dengan estimasi pada 2026 mencapai Rp8,1 triliun.

Belum lagi, pemerintah punya sederet insentif bagi kendaraan bermotor, utamanya mobil listrik yang tengah didorong secara massif.

Adapun, sektor transportasi dan pergudangan diharapkan terus memperkuat kontribusi bagi perekonomian nasional pada 2026.

Untuk itu, pemerintah mengupayakan berbagai langkah strategis guna memperkuat kinerja sektor-sektor tersebut, melalui pengembangan destinasi wisata super prioritas/prioritas regeneratif.

“Serta beberapa langkah perbaikan logistik seperti dukungan logistik dalam perluasan program MBG, dan integrasi cold storage dalam proyek Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih,” sebagai tertulis dalam dokumen tersebut, dikutip pada Senin (18/8/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro