Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan peluang ekspor produk makanan dan minuman olahan di Jepang pascapandemi Covid-19 terbuka lebar.
Hal ini terungkap dalam seminar web (webinar) bertajuk “Market Access: Food and Beverages”, pada Selasa (30/6/2020) yang digelar oleh Kemendag bekerjasama dengan Balai Besar
Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional, KJRI di Osaka dan Perwakilan Perdagangan di Jepang (Atase Perdagangan Tokyo dan ITPC Osaka), dan Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo.
Berdasarkan data resmi pemerintah, penjualan produk makanan dan minuman (mamin) di Jepang selama masa pandemi Covid-19 melonjak hingga 200 persen sehingga hal ini memacu peluang bagi ekspor produk sejenis di Negara Matahari Terbit itu.
“Besarnya pasar mamin di Jepang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Geliat pasar mamin pascapandemi Covid-19 di Jepang tentunya membuka peluang ekspor para pelaku usaha Indonesia. Peluang inilah yang perlu digarap dengan serius,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Kasan, dikutip dari keterangan resminya, Kamis (2/7/2020).
Peluang di tengah krisis saat ini diakuinya harus dimanfaatkan para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk melakukan akselerasi sehingga mampu menggarap peluang eskpor ke Jepang secara maksimal.
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Balai Besar PPEI Noviani Vrisvintati menyampaikan webinar ini bertujuan memberikan pengetahuan mengenai akses pasar ke Jepang bagi pelaku UKM Indonesia untuk sektor mamin.
“Diharapkan, usai webinar ini ke depannya dapat berlanjut ke rangkaian penjajakan kesepakatan dagang [business matching] dan misi dagang virtual dengan menghadirkan buyer potensial agar dapat menghasilkan transaksi dagang bagi para pelaku ekspor, khususnya UKM," jelasnya.
Untuk dapat menembus pasar Jepang, Noviani menyebut sejumlah hal yang perlu diperhatikan para pelaku usaha Indonesia mulai dari standardisasi dan sertifikasi berkaitan produk pangan olahan seperti izin BPOM dan izin keamanan pangan misalnya HACPP (Hazard Analysis and Critical Control Points), kualitas produk, sanitasi dan higienitas, uji kandungan nutrisi untuk persyaratan label, kesiapan kapasitas produksi, dan kecepatan merespons permintaan calon pembeli.
Mengutip data Kemendag, total perdagangan Indonesia-Jepang periode Januari-April 2020 tercatat sebesar US$ 9,66 miliar, dengan total ekspor nonmigas Indonesia sebesar USD 4,47 miliar.
Khusus untuk ekspor mamin Indonesia ke Jepang, nilai totanya mencapai US$71,9 juta pada periode yang sama. Angka ini naik 12,74 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 sebesar US$ 63,77 juta.
Ekspor utama mamin olahan Indonesia ke Jepang, antara lain olahan ikan, olahan udang, olahan kepiting, camilan berbahan kakao, dan olahan berbahan kopi.