Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia National Shipowners Association (INSA) memproyeksikan industri pelayaran cenderung menurun karena banyaknya aktivitas pelayaran offshore dan curah kering yang terganggu Covid-19 hingga akhir tahun ini.
Ketua DPP Indonesia National Shipowners Association (INSA) Carmelita Hartoo mengatakan para pengusaha pelayaran cenderung menunggu dan melihat aktivitas bisnis ke depan, karena dipenuhi ketidakpastian akibat tidak disiplinnya masyarakat dalam menghadapi Covid-19.
"Kalau urusan kargo-kargo dari offshore dan curah, saya belum lihat ada penambahan kembali seperti awal, jadi kalau kenaikan [pertumbuhan] sudah pasti tidak, perusahaan saya sendiri saja, satu kapal biasa mengangkut 3 rit sebulan, sekarang menjadinya cuma 2 rit misalnya," jelasnya dalam diskusi virtual, Kamis (25/6/2020).
Lebih lanjut, dia memproyeksikan sampai akhir tahun apalagi pelayaran yang biasa mengangkut logistik curah kering, tidak terjadi substitusi angkutan yang berarti. Pasalnya, angkutan batu bara pun yang biasa diserap di luar negeri cukup berat karena banyak pabrik yang tutup.
Volume batu bara yang biasanya diserap keluar negeri pun kini banyak bertumpuk di Indo jadi kelebihan suplai sehingga angkutannya pun tidak banyak. Di sisi lain, pabrik-pabrik juga belum mulai 100 persen beroperasi, angkutan ini curah kering, offshore masih sama sampai akhir tahun dan cenderung turun.
"Sementara logistik kontainer saya masih melihat karena ini kebutuhan makan, bahan pokok logistik masih lebih baik dibandingkan dengan offshore atau curah," katanya.
Baca Juga
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume angkutan laut domestik pada kuartal 1/2020 meningkat 3,23 persen, tetapi secara bulan ke bulan pada April terjadi penurunan volume 2,31 persen, dari 25,49 juta ton pada Maret 2020 menjadi 24,91 juta ton.
Carmelita pun memprediksi tidak akan terjadi kenaikan dari angka yang sudah ada saat ini dan aktivitas logistik cenderung sama atau bahkan menurun hingga akhir tahun. Hal ini diakibatkan masyarakat Indonesia yang tidak disiplin sehingga protokol kesehatan harus terus dijalankan dan membuat aktivitas bisnis terkesan setengah hati.
Di satu sisi aktivitas bisnis dibuka untuk kepentingan ekonomi masyarakat, di sisi lain dibatasi karena adanya upaya protokol kesehatan menjaga dari pandemi virus corona.
"Ke depan, ini harusnya bisa dibuat teknologi yang mengenali siapa saja yang sakit atau terkena Covid-19 jadi bisa langsung di karantina Saat ini yang terjadi kami sendiri takut spending uang, pergi ke luar rumah," katanya.