Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah 3 Jembatan Tol : Siapa yang Memulai, Siapa yang Mengakhiri?

Wacana menyambung Pulau Jawa dan Pulau Bali kembali mengemuka setelah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyampaikan hal itu pada Forum Bisnis Konstruksi Indonesia–Turki.
Warga menikmati suasana pantai di kawasan jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Senin (26/6)./Antara-Didik Suhartono
Warga menikmati suasana pantai di kawasan jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Senin (26/6)./Antara-Didik Suhartono

Bisnis.com, JAKARTA — Wacana menyambung Pulau Jawa dan Pulau Bali kembali mengemuka setelah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyampaikan hal itu pada Forum Bisnis Konstruksi Indonesia–Turki yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa, 23 Juni 2020.

Kepada Menteri Perdagangan Turki Ruhsar Pekcan dan pebisnis dari negeri tersebut, Basuki memaparkan peluang bisnis di sektor konstruksi di Indonesia, seperti jalan tol, jembatan, dan bendungan.

O, ya, Menteri Perdagangan Turki adalah koordinator bagi perusahaan konstruksi dan perusahaan konsultan konstruksi Turki yang melakukan ekspansi ke luar negeri.

"Jalan tol Trans-Jawa akan kami lanjutkan sampai penyeberangan ke Bali," Kata Basuki dalam forum tersebut.

Jika ditarik ke belakang, pernyataan Basuki itu bertolak belakang dengan penjelasan sebelumnya. Persis, 5 bulan sebelumnya, beliau pernah mengemukakan bahwa pemerintah belum memiliki rencana untuk menyambungkan Jawa (jalan tol Trans-Jawa) dan Bali melalui jembatan.

"Belum ada [rencana], tapi kalau Bali mau bikin ruas tol, itu ada. Namun, tidak disambung [ke tol Trans-Jawa]," ujarnya, Kamis (23/1/2020).

Rencana pembangunan Jembatan Selat Bali bukanlah sesuatu hal yang baru. Jauh sebelumnya, pada 1960, pembangunan jembatan itu pernah digagas oleh Sedyatmo, seorang guru besar di Institut Teknologi Bandung, yang juga penemu konstruksi fondasi cakar ayam.

Dia menyebut gagasannya dengan nama Tri Nusa Bima­Sakti yang berarti penghubung antara tiga pulau yaitu Pulau Sumatra, Pulau Jawa, dan Pulau Bali. Akan tetapi, hingga kini, belum ada satu pun yang terealisasi.

Pembahasan rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatra sempat digencarkan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2004—2014). Namun, ketika rezim berganti, rencana tersebut ditinggalkan.

Jembatan Selat Sunda
Jembatan Selat Sunda

Jalur pembangunan Jembatan Selat Sunda./Antara

Jembatan Suramadu

Alih-alih membangun jembatan Selat Sunda dan Selat Bali, malahan jembatan Selat Madura (Jembatan Suramadu) yang selesai dibangun dan diresmikan pada masa Presiden SBY, tepatnya pada 10 Juni 2009.

Jembatan Tol Suramadu sepanjang 5,40 kilometer merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini.

Pembangunan Jembatan Suramadu yang menghabiskan dana Rp5 triliun melalui proses panjang. Sempat dihentikan akibat terjadinya krisis ekonomi pada 1997 dan dilanjutkan kembali pada 2002.

Usulan pembangunan Jembatan Selat Bali pernah dilontarkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada 2012.

Seperti dikutip dari Tempo.co, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Banyuwangi Mujiono mengatakan bahwa jembatan tersebut perlu segera dibangun. Pasalnya, tingkat kepadatan kendaraan yang akan menyeberang ke Bali maupun sebaliknya makin meningkat.

Alasan lainnya, dalam 3 tahun terakhir lalu lintas kapal yang melayani penyeberangan melalui Pelabuhan Ketapang dan Pelabuhan Gilimanuk juga sudah sangat padat, sedangkan jumlah dermaga terbatas.

"Jika sebelumnya jarak tempuh penyeberangan hanya 30 menit, sekarang sudah 1 jam," kata Mujiono di Banyuwangi, Kamis (5/7/2012).

Keinginan Pemkab Banyuwangi tersebut bertepuk sebelah tangan. Pemkab Jembrana, Bali, terang-terangan menolak rencana tersebut.

Bupati Jembrana I Putu Artha seperti dikutip dari Radar Bali menyatakan bahwa justru yang paling mendesak saat ini peningkatan infrastruktur Jalan Denpasar— Gilimanuk, bukan pembangunan jembatan.

Akan tetapi, jika membaca pernyataan Menteri Basuki dalam forum resmi dengan pebisnis Turki tersebut, keinginan pemerintah membangun Jembatan Selat Sunda cukup besar. Apalagi, menjelang akhir April lalu, Kementerian PUPR telah melakukan penjajakan minat pasar proyek Jembatan Batam—Bintan kepada calon investor.

Hanya saja, proyek prakarsa pemerintah yang ditawarkan dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha itu mendapat dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.

Pemerintah masih memiliki cukup waktu jika benar-benar ingin membangun Jembatan Selat Bali. Andai rencana pembangunan belum tuntas menjelang akhir masa pemerintahan saat ini, bisa-bisa kisah Jembatan Selat Sunda terulang kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Zufrizal
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper