Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Sebut Subsidi Energi dan Pupuk Salah Sasaran, Kok Bisa?

Bank Dunia menilai subsidi energi justru dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, bukan masyarakat kelas bawah. Sementara itu, subsidi pupuk tidak berdampak pada kesejahteraan petani.
Karyawati beraktivitas di kantor Bank Dunia, di Jakarta, Senin (9/10)./JIBI-Dwi Prasetya
Karyawati beraktivitas di kantor Bank Dunia, di Jakarta, Senin (9/10)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaksanaan program subsidi energi dan pupuk yang dilakukan pemerintah Indonesia dinilai tidak maksimal dan salah sasaran.

Ekonom Senior Bank Dunia untuk Indonesia Ralph Van Doorn mengatakan subsidi energi justru dinikmati oleh kalangan menengah ke atas, bukan masyarakat kelas bawah atau masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Tiga jenis subsidi energi yang dimaksud, yaitu diesel (solar), LPG, kerosin, dan listrik (450-900 VA).

"Pihak yang menikmati subsidi diesel, LPG, dan listrik justru sebagian besar dari kelas menengah ke atas. Pemerintah Indonesia seharusnya mengubah 30 persen dari total subsidi menjasi cash transfer [bantuan tunai langsung/BLT] kepada 40 persen kelompok terbawah," ujarnya dalam Media Briefing Online: Public Expenditure Review World Bank, Senin (22/6/2020).

Berdasarkan laporan Bank Dunia, masyarakat miskin dan rentan yang menerima subsidi kerosin (minyak tanah) dan LPG hanya 21 persen. Sementara itu, subsidi solar yang tepat sasaran hanya dinikmati sekitar 3 persen dan subsidi listrik 15 persen.

Selain sektor energi, Ralph juga mengungkapkan subsidi pupuk yang dilakukan pemerintah justru tidak berdampak pada kesejahteraan petani. Pasalnya, 30 persen dari total subsidi pupuk justru bocor ke pihak yang bukan target penerima subsidi, misalnya perkebunan kelapa sawit.

"Dari subsidi yang disediakan pemerintah, 40 persen dinikmati oleh petani yang sejahtera," imbuhnya.

Dibandingkan memberi pupuk secara langsung, Ralph justru menyarankan pemerintah mengubah bentuk subsidi kepada petani. Salah satu solusinya, yaitu dengan memberikan akses bagi petani untuk mempelajari teknologi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.

Hal tersebut dapat memberikan dampak langsung bagi petani yang ingin mengembangkan usahanya dan lebih tepat sasaran ketimbang memberikan subsidi pupuk.

"Reformasi dalam pemberian subsidi dapat menurunkan tingkat kemiskinan, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper