Investasi Proyek EBT: PLTA Kayan Cascade Maksimalkan Energi Murah & Ramah Lingkungan

Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie mengatakan izin konstruksi tersebut akan diterbitkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie (kanan) memberikan pemaparan tentang progres pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Hydro Energy di Jakarta, Selasa (9/6). PLTA yang dibangun secara bertahap di atas lahan seluas 12.000 hektare tersebut terletak di Kecamatan Peso, Bulungan, Kalimantan Utara dan akan menjadi yang terbesar di Asia dengan menghasilkan kapasitas listrik sebesar 9.000 megawatt dari lima bendungan.
Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie (kanan) memberikan pemaparan tentang progres pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Hydro Energy di Jakarta, Selasa (9/6). PLTA yang dibangun secara bertahap di atas lahan seluas 12.000 hektare tersebut terletak di Kecamatan Peso, Bulungan, Kalimantan Utara dan akan menjadi yang terbesar di Asia dengan menghasilkan kapasitas listrik sebesar 9.000 megawatt dari lima bendungan.

Bisnis.com, JAKARTA - Energi Baru Terbarukan (EBT) dari proyek PLTA Kayan Cascade yang diprakarsai PT Kayan Hydro Energy (KHE)-- diproyeksikan lebih kompetitif dibandingkan energi fosil.

Izin konstruksi bendungan Kayan dalam proses yang diperkirakan terbit tahun ini.

Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie mengatakan izin konstruksi tersebut akan diterbitkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.

Lanjutnya, sebelum izin ini terbit, rencana konstruksi harus melalui proses pengkajian Komisi Keamanan Bendungan yang dibentuk oleh menteri dan terdiri dari para pakar teknis.

“Komisi ini independen. Mereka melakukan kajian dari berbagai aspek mulai dari pemeriksaan secara teliti teknisnya, sampai analisis dampak lingkungan serta studi-studi lapangan lainnya. Inilah yang menyebabkan proses izin konstruksi membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun,” kata Irianto beberapa waktu lalu di Jakarta.

Menurutnya, membangun PLTA tidak seperti membangun pembangkit listrik lainnya yang bisa dilakukan dengan cepat. Pasalnya, PLTA membutuhkan perencanaan yang matang sehingga bisa meminimalisasi risiko seperti jebolnya bendungan. Hal serupa juga kerap dilakukan negara lain yang telah berpengalaman seperti Malaysia, Tiongkok dan Amerika Serikat.

“Di Serawak, perencanaan mulai tahun 1962, baru dibangun tahun 1992 dan beroperasi 2012. Di China pun demikian perencanaan dimulai dari 1936. Di Amerika Serikat pun demikian. Jangan dikira bangun bendungan sama seperti konstruksi biasa,” tuturnya.

Irianto mengungkapkan PLTA yang ramah lingkungan merupakan masa depan dan tulang punggung pembangun industri di dunia.

Karena itu, realisasi pembangunan lima PLTA di sepanjang Sungai Kayan ini mesti didukung oleh semua pihak, sebab memberi efek positif bagi industri, pertanian, dan pariwisata.

Suplai listrik yang dihasilkan PLTA tersebut, lanjutnya, akan berperan vital bagi pengembangan kawasan industri bahan dasar seperti aluminium, nikel dan baja. Menyusul kemudian industri turunan yang dapat mengungkit perekonomian.

PLTA akan membawa dampak kehadiran Industri metal yang vital. “Itu menjadi fondasi kemajuan industri nasional,” singgung Irianto.

Pemerintah pusat pun telah menyadari potensi besar proyek PLTA Kayan. Presiden Joko Widodo telah meninjau dari udara lokasi rencana PLTA pada Desember 2019 didampingi Gubernur Kalimantan Utara.

“Kalau industri negara mau maju, harus punya industri logam, dasar seperti smelter. Selama ini kita tergantung impor, padahal punya bahan mentah ekspor. Satu smelter perlu 800 megawatt untuk kapasitas produksi 500.000 ton per tahun. Jadi pasokan listrik adalah kunci. Tahun ini sudah pra konstruksi. Saya sampaikan ke Presiden dan Menko Perekonomian. Kita harus datangkan tenaga ahli dari China. Paling tidak 60 persen pekerja akan gunakan tenaga kerja lokal dan 40 persen dari asing. Tenaga kerja asing hanya dilibatkan dalam bidang tertentu dan transfer knowledge,” terang Irianto.

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN

Andrew Suryali, Direktur PT Kayan Hydro Energy, menyatakan bahwa total investasi proyek mencapai USD17,8 miliar atau lebih dari Rp250 triliun. PT KHE yang sudah mendapat rating 5AA3 dari Dun & Bradstreet akan membangun lima bendungan dengan total kapasitas 9.000 MW.

Rencananya, Kayan 1 dan Kayan 2 selesai dibangun tahun 2025. Selanjutnya pembangunan bendungan 3, 4, dan 5 ditargetkan selesai pada 2029.

Sejak tahun 2011, pendiri KHE telah menggelontorkan dana lebih dari Rp2 triliun. PT KHE harus merintis dari awal lokasi proyek yang masih berupa hutan belantara tanpa infrastruktur.

KHE telah membuka jalur transportasi lokasi proyek dan pekerjaan rintisan lainnya. Salah satu pekerjaan awalan antara lain menyelesaikan site investigation, topographic survey, bathymetric survey, hydrological study and modeling, geotechnical exploration, feasibility study, serta AMDAL secara menyeluruh untuk bendungan 1-5.

Berdasarkan berbagai studi tersebut, PT KHE menyusun rancangan terpadu proyek PLTA Kayan Cascade 1-5. PT KHE menggandeng Powerchina International Group, salah satu pengembang PLTA paling terkemuka di dunia.

Merujuk pendapat para ahli yang terlibat , proyek PLTA dengan sistem cascade harus dikembangkan di dalam satu kesatuan. Pengembangan terpadu harus dilakukan demi menjaga kelestarian, keamanan, dan keselamatan daerah aliran sungai Kayan sesuai AMDAL, serta mengoptimalkan pemanfaatan dan pengelolaannya. Sebagai bagian dari kesiapan proyek ini, desain untuk PLTA Kayan Cascade 1-5 sudah dikerjakan.

Andrew menyampaikan, sejak dimulainya proyek sampai saat ini, PT KHE telah menyelesaikan hampir semua tahap perizinan baik di pusat maupun daerah, sekaligus mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar proyek.

Setiap kewajiban dalam perizinan juga sudah dipenuhi oleh PT KHE. Kewajiban-kewajiban yang disyaratkan dalam IPPKH telah diselesaikan dengan baik dan sudah diaudit oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Direktur Operasional PT KHE, Khaerony menambahkan listrik dari PLTA Kayan akan dialirkan ke Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional serta sebagian lagi akan dijual ke PLN. Termasuk, jika memang diperlukan, siap untuk memasok listrik ke ibu kota negara (IKN) baru di Penajam, Kalimantan Timur.

Kawasan Industri yang akan didukung PLTA Kayan dapat menjadi salah satu sentra hilirisasi tambang nasional yang mengakomodir industri pengolahan dan smelter aluminium, baja, nikel hingga glass plate. “Kawasan ini akan menjadi kawasan ekonomi strategis yang disebutkan presiden,” ujarnya.

Kebutuhan listrik untuk Kawasan Industri ini akan mengandalkan pasokan PLTA Kayan. Oleh karena itu, pembangunan PLTA Kayan Cascade 1-5 akan dilakukan bersamaan dengan pengembangan kawasan industri yang sudah memasuki tahap persiapan dan pembebasan lahan.

PT KHE sudah menandatangani kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC) dengan Sinohydro Corporation Limited tanggal 31 Oktober 2018 yang lalu dan telah mulai melakukan pekerjaan awal. Munculnya pandemi Covid-19 menjadi kendala bagi proyek.

Namun, PT KHE tidak berhenti bekerja dengan tetap taat pada anjuran pemerintah untuk membatasi kegiatan.

“Nanti kalau Covid sudah berangsur menurun, kami tetapkan standar tinggi dan mulai kerja membangun infrastruktur akses menggunakan tenaga lokal sambil menunggu tenaga ahli dari asing kembali masuk,” ujar Direktur Operasional PT KHE, Khaerony.

Khaerony menyatakan bahwa tarif listrik PLTA Kayan pasti kompetitif dalam jangka panjang daripada menggunakan bahan bakar fosil. Menurut Khaerony, dengan kapasitas pembangkit tersebut, maka PLTA Kayan dapat menghasilkan listrik yang murah dan ramah lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper