Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Logistik (Kalog), anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero), turut merasakan dampak negatif pandemi Covid-19 kendati secara tren kinerja pengiriman barang tengah meningkat.
Plt. Direktur Utama PT Kereta Api Logistik Hendy Helmy mengatakan pandemi Covid-19 turut memberikan pengaruh terhadap bisnisnya. Hal tersebut dapat terlihat dari penurunan volume pengelolaan logistik.
"Penurunan volume pengelolaan logistik atau angkutan barang sekitar 12 persen pada periode April sekitar 1,28 juta ton dibandingkan volume Maret sekitar 1,46 juta ton. Penurunan dari Maret ke April 2020 ini sangat dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang tidak hanya melumpuhkan Indonesia tetapi juga hampir seluruh dunia," jelasnya, Kamis (18/6/2020).
Menurutnya, penetapan oleh Covid-19 sebagai Darurat Nasional pada 13 April melalui Kepres No. 12/2020 dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah berdampak langsung pada sektor industri yaitu penurunan produksi dikarenakan faktor perubahan permintaan atau demand. Di sisi lain, aktivitas industri pun sempat melambat karena produksi di sejumlah pabrik dihentikan.
Dia menyebut dalam menghadapi era kenormalan baru, berupaya memetakan beragam langkah strategis dan terutama menjaga keselamatan pekerja melalui pengaturan bekerja dari rumah ataupun bekerja di kantor juga memfasilitasi segala kebutuhan untuk menjalankan protokol kesehatan dari WHO.
"Kami juga menjaga hubungan baik dengan pelanggan, mitra kerja, vendor maupun pemangku kepentingan lainnya," jelasnya.
Baca Juga
Berdasarkan data BPS, aktivitas kereta api barang naik pada Kuartal I/2020 dibandingkan dengan kuartal yang sama pada 2019 sebesar 6,69 persen menjadi 17,21 juta ton, sementara pada 2019 hanya 16,13 juta ton.
Dengan demikian, walaupun diterpa pandemi virus corona, sebenarnya angkutan barang melalui kereta api secara keseluruhan mengalami tren peningkatan. Walaupun, sejak pandemi terjadi penurunan, yang ditunjukkan dari penurunan volume barang dari Maret ke April sebesar 7,1 persen atau dari 4,55 juta ton menjadi 4,23 juta ton.