Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Properti Ritel Buru-buru Buka di Tengah Pandemi, Sudah Tepatkah?

Vice President PT Metropolitan Kentjana Tbk. Jeffri S. Tanudjaja mengungkapkan bahwa pihaknya optimistis bahwa mal tidak akan menjadi pusat penularan Covid-19.
Pengunjung berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pusat perbelanjaan di DKI Jakarta sudah kembali beroperasi mulai kemarin Senin (15/6/2020) seiring dengan adanya pelonggaran penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, di tengah wabah Covid-19 yang masih merebak, apakah langkah ini sudah tepat?

Kasus Covid-19 di seluruh Indonesia hingga Selasa (16/6/2020) sudah tembus 40.400 kasus dengan adanya penambahan 1.017 kasus baru Covid-19.

Dengan pertumbuhan jumlah kasus yang masih tinggi dan sejumlah daerah sudah buru-buru melonggarkan PSBB, termasuk di Jakarta yang menjadi zona merah, dengan alasan agar perekonomian kembali berjalan. Salah satu tempat umum yang bisa kembali beroperasi adalah pusat perbelanjaan atau mal.

Sejak diterapkan kebijakan PSBB, properti ritel memang menjadi salah satu yang mengalami dampak signifikan. Pasalnya, pusat perbelanjaan menyerap ribuan tenaga kerja, mulai dari pembangunannya sampai operasionalnya, pembukaan pusat belanja atau mal amat diharapkan berbagai pihak.

Lalu, apakah langkah pembukaan mal ini sudah tepat? Dengan tujuan menjalankan roda perekonomian, banyak pihak menyatakan setuju dengan dibukanya kembali pusat-pusat perbelanjaan, dengan syarat menjalankan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin.

“Memang banyak orang yang ingin tinggal dan bekerja di rumah saja, kalau bisa pun kita mau, tapi buat kami yang mengandalkan berjualan ya sulit. Jadi dengan ini [mal] buka lagi kita bersyukur sekali,” kata Maya (23), salah satu pegawai toko di Pondok Indah Mall, saat ditanyai Bisnis Senin (15/6/2020).

Vice President PT Metropolitan Kentjana Tbk. Jeffri S. Tanudjaja juga mengungkapkan bahwa pihaknya tetap optimistis mal tidak akan menjadi pusat penularan Covid-19 dengan protokol yang ada, seperti pembatasan jumlah pengunjung maksimal 50 persen kapasitas.

“Bisnis kan harus terus berjalan, dibuka ini sudah jadi langkah tepat supaya tenant tidak sampai memberhentikan pekerjanya, mereka bisa men-generate pendapatan lagi, kami juga bisa terus berjalan,” katanya.

Menanggapi dibukanya kembali sejumlah pusat belanja di Jakarta, sejumlah konsultan properti juga menyebutkan bahwa langkah tersebut sudah tepat meskipun kasus wabah belum turun. Hal ini menjadi wujud penyesuaian diri di tengah pandemi.

Prospek Properti Ritel

Associate Director konsultan properti Coldwell Banker Commercial, Dani Indra Bhatara menyebutkan bahwa langkah pembukaan kembali pusat perbelanjaan itu sudah tepat, selama penerapan aturan protokol kesehatannya ketat sesuai dengan yang ditentukan pemerintah.

“Lagi pula, jika tidak disiplin dalam pelaksanaan maka dapat berakibat merugikan image pusat perbelanjaan tersebut. Secara bisnis point of view, tentunya ini adalah angin segar, karena ekonomi perlu bergulir kembali,” kata Dani kepada Bisnis, Selasa (16/6/2020).

Kehati-hatian, persiapan yang matang, pengawasan dalam pelaksanaan, serta kesadaran dari pengunjung, pelaku bisnis akan menjadi penting dalam menyukseskan pembukaan ini.

Menurutnya, dalam kondisi seperti ini, walaupun sudah kembali berjalan, bisnis properti ritel tak bisa pulih cepat dari sisi okupansi dan harga sewa.

Berdasarkan riset Coldwell, properti ritel walaupun secara okupansi tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun termasuk sektor yang cukup lambat untuk pulih ke kondisi semula. Karena sempat berhenti saat PSBB, pemilik properti serta tenant pemilik bisnis sama-sama mengalami kerugian finansial. Hal ini juga membuat potensi tenant baru terhambat.

“Pada kuartal III/2020 harga sewa diperkirakan akan sedikit mengalami koreksi namun cenderung stagnan. Penurunan dapat terjadi karena akan diminta kebijakannya oleh pihak tenant yang mengalami kerugian akibat tidak melakukan bisnis, serta akan menawarkan sewa yang lebih murah kepada calon tenant,” ujarnya.

Kendati demikian, negosiasi akan tetap bisa terjadi meskipun dapat dilakukan tanpa langsung menurunkan harga sewa. Pemilik properti ritel bisa memberikan pilihan seperti perpanjangan masa pembayaran, maupun kompensasi dalam bentuk perpanjangan sewa gratis di masa akhir sewa nantinya.

Sementara itu, tidak akan banyak penambahan penyewa baru, sehingga tidak mempengaruhi harga sewa secara keseluruhan.

Selanjutnya, dalam operasionalnya di masa new normal, selain pelaksanaan dan pengawasan yang baik, pemilik properti perlu menyosialisasikan kesiapan malnya, yang dapat memberikan rasa aman bagi pengunjung.

“Tentunya semua ini berproses dan dapat terus berubah mengikuti perkembangan perilaku konsumen atas new normal dalam kehidupan sehari-hari. Namun, komunikasi kepada konsumen harus tetap dijaga untuk dapat selalu memberikan informasi terbaru terkait perkembangan yang terjadi di mal tersebut,” imbuh Dani.

Senada, Senior Director Leads Property Darsono Tan mengatakan bahwa pembukaan mal sudah menjadi langkah tepat asal dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat seperti pemeriksaaan suhu, keharusan memakai masker, penyediaan hand sanitizer, 50 persen kapasitas dan registrasi sebelum masuk ke gedung mal.

“Apabila ini bisa di jalankan dengan ketat, mestinya ini sudah tepat,” kata Darsono.

Meskipun PSBB dilonggarkan, tidak semua ritel akan 100 persen buka, masih ada beberapa fungsi yang masih ditutup dan ada beberapa tenant yang juga menarik diri dan tak lagi menyewa karena berbagai alasan. Adapun, tenant yang sudah ada juga tidak akan segera melakukan ekspansi.

Dengan kondisi ini, tingkat hunian dan harga dipastikan masih akan tertekan, antara mengalami penurunan atau setidaknya stagnan.

“Kemungkinan turun tergantung negosiasi, kalau stagnan kemungkinan bisa sampai akhir 2020,” ujar Darsono.

Konsep Mal

Menurut Darsono, properti ritel masih bisa tetap hidup ke depan walaupun banyak juga orang yang memilih untuk tetap tidak keluar rumah dan memilih belanja daring. Dia memprediksi ritel yang eksklusif dan memiliki konsep unik akan bisa tetap hidup di tengah kondisi yang menantang.

“Harus diingat bahwa di Indonesia, ke mal bukan menjadi kebutuhan belanja saja atau nongkrong, tetapi belakangan ini karena kurangnya outdoor space, banyak keluarga yang mengajak jalan keluarganya di dalam mal untuk rekreasi,” tegasnya.

Beberapa strategi dan penyesuaian yang bisa dilakukan ke depan untuk menarik pengunjung antara lain menyediakan konsep yang unik secara umum. Kemudian untuk supermarket bisa berkonsentrasi pada penjualan barang-barang tertentu, misalnya produk-produk dari Korea, Jepang, India, dan sebagainya.

Selain itu, mal atau ritel dengan konsep high end juga akan memicu orang untuk datang berkunjung. Karena untuk barang mahal, orang perlu lihat barang secara langsung sebelum membeli.

Head of Advisory Services Colliers International Indonesia Monica Koesnovagril juga mengatakan bahwa prospek properti ritel ke depan masih cerah.

“Kami melihat Indonesia masih potensial untuk properti ritel karena konsumsi dari warga domestiknya yang besar. Pasar properti ritel akan segera kembali ketika orang sudah mulai kembali menjalani hidup normal,” ungkap Monica.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper