Bisnis.com, JAKARTA - Di mata seorang Rizki Darmawan, pria 30 tahun asal Bandung, Jawa Barat, mencari rumah pada masa mewabahnya virus corona atau Covid-19 menimbulkan rasa kekhawatiran yang mendalam.
Dia tidak ingin mengorbankan kesehatannya untuk sekedar berkeliling mencari proyek perumahan di tengah istrinya yang sedang hamil besar. Lagi pula, Bandung saat itu tengah menerapkan pembatasan sosial berskala besar.
Pada saat yang bersamaan, seorang pegawai swasta di Bandung itu harus bekerja dari rumah lantaran kebijakan perusahaan. Namun, niat membeli hunian tidak bisa ditunda terlalu lama karena dananya sudah dialokasikan sejak tahun lalu.
"Kalau ditunda malah nanti uangnya terpakai untuk hal lain, padahal saya sudah anggarkan antara biaya lahiran dan DP [down payment] rumah," Katanya pada Bisnis, Minggu (14/6/2020).
Semenjak menikah dua tahun lalu, dia sudah tinggal bersama mertuanya di Cimahi, Jawa Barat. Niat membeli rumah diputuskan karena pendapatannya dirasa sudah cukup untuk mencicil. Masalahnya, sebelum adanya Covid-19 dia tidak ada waktu untuk mengunjungi lokasi proyek perumahan.
"Niat awal nyari [rumah] di pinggiran Kota Bandung. Itu biar murah. Tapi nggak ada waktu karena kerjaan saya. Sekarang ada virus corona, tambah susah kalau untuk berkunjung [ke lokasi proyek]," ujarnya.
Adanya corona dan segala hambatan lain tak serta merta membuat dia mengurungkan niatnya. Suatu waktu, dia iseng berselancar di internet untuk mencari rumah dengan kata kunci rumah subsidi.
Saat itu, salah satu berita media daring membawanya pada sebuah pemberitaan tentang aplikasi Sistem Informasi KPR Subsidi Perumahan (SiKasep). Saat itu, dia terus menggali informasi tentang hal tersebut.
"Setelah saya baca-baca tentang apa itu SiKasep dan bagaimana cara pengajuannya, lantas saya berkonsultasi dengan istri, lalu kami putuskan untuk mencari rumah melalui aplikasi ini," katanya.
Dia mengaku tidak begitu sulit ketika mendaftar melalui SiKasep. Namun, dia mengingatkan agar pengguna harus teliti saat memasukan data. Terlepas dari pelbagai kritikan, aplikasi ini sebetulnya sangat membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) untuk memiliki rumah.
Apalagi, bagi dirinya yang saat ini masih tinggal bersama mertuanya. Impian memiliki rumah pertama bersama sang istri, diharapkan segera terkabul melalui SiKasep.
"Saat ini pengajuan sedang dalam proses. Di aplikasi itu juga sangat jelas soal progres. Beruntung, meskipun ada virus corona, kami tidak harus keluar cari rumah," ujarnya.
Dia juga yakin, rumah yang dipilihnya melalui SiKasep tersebut terbilang tepercaya mengingat hunian yang diincarnya sudah dipastikan terdaftar di Sistem Registrasi Pengembang (Sireng), sehingga meminimalisir penipuan.
Berdasarkan data yang diperoleh Bisnis, per akhir Mei lalu sudah ada 11.563 pengembang dari pelbagai asosiasi yang tergabung di Sireng. Selain itu, ada ribuan proyek perumahan yang bisa dipilih konsumen.
MINAT TINGGI
SiKasep merupakan program yang dikembangkan Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada akhir tahun lalu.
Tujuannya, untuk meningkatkan kemudahan penyaluran rumah subsidi melalui fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dan mendukung program sejuta rumah.
Direktur Utama Pusat Pengelola Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) Arief Sabaruddin mengatakan bahwa SiKasep dikembangkan untuk memudahkan kalangan MBR. Program ini bekerja sama dengan 37 bank penyalur.
Saat ini, kata Arief, minat masyarakat terhadap penggunaan aplikasi tersebut sangat tinggi. Meskipun, sebelumnya sempat mengalami penurunan pada bulan lalu karena masyarakat tak terlepas dari dampak virus corona.
"Saat ini terjadi peningkatan 100 persen dalam kondisi pandemi dikarenakan program subsidi selisih bunga (SSB) juga sudah menggunakan SiKasep. Real pengguna SiKasep untuk FLPP selama pandemi sekitar 800 sampai dengan 900-an. Sisanya MBR SSB," tuturnya kepada Bisnis, Minggu (14/6/2020).
Data PPDPP memang menunjukkan demikian. Berdasarkan data yang ada, rata-rata pendaftar sepanjang pekan lalu hingga hari Minggu kemarin tercatat 1.000-an pengguna. Pendaftaran tertinggi tercatat pada Rabu (10/6/2020) yang berjumlah 1.776 orang.
Dia menjelaskan bahwa per hari Minggu kemarin, penyaluran rumah subsidi pada tahun ini sudah tercatat mencapai 66.633 debitur dengan nilai Rp6,7 triliun. Adapun, anggaran FLPP pada tahun ini sebesar Rp11 triliun untuk memfasilitasi 102.500 unit rumah.
Dengan demikian, total penyaluran FLPP sejak 2010 hingga Jumat (12/6/2020) telah mencapai Rp51,1 triliun untuk 722.235 unit rumah.
Arief menjelaskan bahwa dengan aplikasi SiKasep, calon konsumen MBR tidak perlu repot keluar rumah untuk mencari hunian impiannya. Pihaknya juga senantiasa mengembangkan kualitas aplikasi agar masyarakat semakin mudah saat menggunakannya.
Terlebih, jelang memasuki masa kenormalan baru atau new normal sehingga penggunaan teknologi digital dinilai sangat penting.
Dia juga menjelaskan bahwa ke depan, SiKasep berpeluang besar diterapkan pada program tabungan perumahan rakyat (Tapera) yang dimulai pada 2021 mendatang. Dengan demikian, kata dia, diharapkan semua terintegrasi dalam satu big data perumahan.
Kemudian, SiKasep juga nantinya bakal didukung oleh pengembangan aplikasi lainnya seperti Sistem Informasi Pemantauan Konstruksi (SiPetruk), di samping aplikasi yang sudah ada saat ini yaitu Sistem Informasi Kumpulan Pengembang (Sikumbang).
"Harapan ke depan juga ada pendaftaran kaveling, rumah sedang dibangun dan rumah selesai terbangun dalam SiKumbang serta penerapan SiPetruk untuk rekaman data konstruksi rumah KPR untuk MBR," katanya.
Dengan begitu, maka semua aplikasi yang dikembangkan PPDPP diharapkan akan mendukung SiKasep sehingga menjadi paket kesatuan yang sangat lengkap guna mendukung penyaluran perumahan bagi kalangan MBR.
DUKUNGAN PENGEMBANG
Penggunaan aplikasi SiKasep telah didukung banyak pihak termasuk oleh pengembang perumahan itu sendiri. Sepanjang memudahkan konsumen untuk mencari rumah bagi kalangan pengguna (end user), asosiasi pengembang tentu berharap banyak terhadap aplikasi itu.
Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia Paulus Totok Lusida menyatakan bahwa aplikasi SiKasep yang dikembangkan PPDPP dinilai cukup menolong. Namun, Realestat Indonesia (REI) berharap agar PPDPP terus melakukan perbaikan yang selama ini masih terkendala.
Segala bentuk masukan asosiasi pengembang terhadap program yang dikembangkan PPDPP itu tak lain sebagai bentuk dukungan agar proses penyaluran rumah bersubsidi berjalan lancar sejalan dengan keinginan semua pihak.
Apalagi, saat ini penyerapan rumah bersubsidi tengah mengalami adangan hebat karena terdampak virus corona. Belum lagi, perbankan saat ini lebih selektif dalam penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) bagi kalangan MBR.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Indonesia Barkah Hidayat dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya menyatakan bahwa mulanya pengembang memang sempat mengalami kesulitan terhadap aplikasi tersebut. Hanya saja, seiring waktu efeknya mulai positif karena pada era digitalisasi saat ini, penggunaan teknologi digital perlu dilakukan.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan Rakyat Indonesia (ASPRIN) Jance Frans juga menyatakan bahwa keberadaan aplikasi SiKasep justru mempermudah anggotanya dalam mengidentifikasi para pembelinya.
“Kami mendukung betul sistem yang menurut kami cukup baik, dan kepada konsumen betul-betul harus mentaati. Kalau dibandingkan yang dulu, ketika mendaftar belum tentu mengambil. Kalau sekarang orang yang mendaftar, pasti membeli” ujarnya.
Pada akhirnya, penggunaan platform digital memang sangat penting untuk diterapkan dalam penyaluran rumah subsidi bagi kalangan MBR sejalan dengan kemajuan zaman yang menuntut proses serba cepat dan efisien.