Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2020 Diprediksi Minus, Indonesia Bakal Resesi?

Besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi lebih dalam pada kuartal II/2020 lantaran melambatnya pertumbuhan manufaktur dan indeks penjualan ritel akibat PSBB.
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan sanksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali delapan sektor yang memang diizinkan./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Pemprov DKI Jakarta akan memberikan sanksi berupa mencabut perizinan kepada perusahaan yang tetap beroperasi di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kecuali delapan sektor yang memang diizinkan./ANTARA FOTO-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi Pandemi virus Corona (Covid-19) akan menyebabkan resesi global pada tahun ini. Situasi tersebut bisa lebih buruk dibandingkan krisis keuangan 2008 - 2009.

Senada dengan IMF, Bank Dunia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) global akan terkontraksi hingga 5,2 persen akibat Covid-19. Jika ramalan itu terjadi, maka akan mencatatkan angka resesi terdalam sejak Perang Dunia II. Lantas, apakah ekonomi Indonesia dapat bertahan dari badai resesi global?

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan tidak ada definisi definitif terkait resesi. Namun, jika mengacu pada konsensus, resesi diartikan terjadinya perlambatan ekonomi (kontraksi pertumbuhan) selama dua kuartal berturut-turut.

"Resesi juga berpotensi terjadi ketika terjadi penurunan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, manufaktur, hingga ritel, karena penurunan indikator berpotensi memperlambat kinerja ekonomi," kata Yusuf ketika dihubungi Bisnis, Minggu (14/6/2020).

Apalagi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020 ternyata hanya 2,97 persen. Realisasi tersebut ebih rendah dari periode yang sama tahun lalu (yoy) yaitu 5,02 persen.

Yusuf menambahkan besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi lebih dalam pada kuartal II/2020 lantaran melambatnya pertumbuhan manufaktur dan indeks penjualan ritel akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Lebih lanjut, dia menilai pelonggaran PSBB di beberapa kota besar tidak serta merta akan menggerakan ekonomi di level sebelum adanya pandemi Covid-19.

"Apabila perlambatan kontraksi pertumbuhan ekonomi terjadi sampai dengan kuartal III/2020, maka per defenisi Indonesia sudah bisa dikatakan memasuki resesi," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper