Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun sejumlah daerah telah menyetop aturan pembatasan sosial berskala besarnnya (PSBB), namun kondisi sulit diperkirakan masih akan menghantam sektor perhotelan untuk waktu yang panjang.
Executive Director and Head of Hotels & Leisure for Valuation & Advisory Services Colliers Asia Govinda Singh mengatakan bahwa adanya lockdown, pembatasan sosial, dan pembatasan perjalanan di seluruh dunia bakal membuat outlook properti hotel tetap redup setidaknya hingga kuartal II/2020.
“Hotel tetap akan redup untuk jangka pendek melihat tingginya ketidakpastian yang bergulir. Namun, kami memperkirakan adanya stimulus pemerintah bisa menjadi bantalan bagi dampak jangka pendek dari Covid-19 sampai hotel bisa kembali pulih,” ungkapnya melalui laporan tertulis, dikutip Selasa (9/6/2020).
Hotel Manager Innside Yogyakarta Frieth Siahaan mengatakan untuk outlook hotel dalam jangka pendek menurutnya masih cukup sulit. Namun, menurutya, apabila orang sudah terbiasa dan semua sudah berjalan kembali normal, kemungkinan permintaan bisa cepat naik kembali.
“Memang untuk mencapai kembali seperti semula agak sulit selama pembatasan travel masih ada. Tapi kami tetap optimistis karena di lokasi kami [Yogyakarta] punya daya tarik tersendiri, seperti bisa dicapai tidak hanya lewat naik pesawat misalnya,” ungkapnya.
Frieth mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, keramaian sudah mulai muncul dan masyarakat sudah menyadari untuk menggunakan masker dan melakukan physical distancing. Namun, hotel belum banyak mendapat keuntungan dari kondisi tersebut.
Baca Juga
Menurutnya, dari segi okupansi Innside ditargetkan untuk dalam waktu dekat rentangnya belum terlalu tinggi hanya 10-20 persen. Adapun, sampai akhir tahun kemungkinan tingkat okupansi masih di bawah 40 persen.
“Kita optimistis dengan local market dan sekitaran, kita harapkan mungkin ada mahasiswa baru yang masuk, ada daftar ulang dan segala macam yang mengharuskan mereka ke Yogyakarta, dan mungkin mereka merasa lebih nyaman kalau tinggal di hotel,” jelasnya.
Demikian pula dengan jaringan hotel daring yakni OYO Hotels yang mengandalkan pasar lokal dan peminat staycation untuk tetap bisa bertahan di tengah masa sulit yang berkepanjangan.
OYO mencatat bahwa jika sebelumnya tren pemesanan didominasi oleh penginapan untuk jangka pendek-menengah dengan rata-rata durasi menginap 1-3 hari, kini dalam satu bulan terakhir, terdapat lebih banyak pemesanan kamar yang dilakukan untuk jangka panjang dengan rata-rata durasi menginap 7-14 hari.
“Tren ini diperkirakan karena adanya imbauan untuk isolasi mandiri selama 14 hari, dan didominasi oleh mereka yang tidak dapat bekerja dari rumah, seperti para tenaga medis dan pekerja di sektor perbankan dan logistik,” kata Eko Bramantyo, Country Head Emerging Businesses OYO Indonesia.
Menurut Eko, masyarakat saat ini juga akan cenderung menunda perjalanan yang tidak penting dan terlalu jauh. Industri penerbangan juga masih menawarkan kursi terbatas pada setiap perjalanannya sehingga harga tiket pesawat naik tajam. Hal ini membuat masyarakat akan cenderung memilih perjalanan domestik, yang akan mendorong pertumbuhan di sektor pariwisata lokal.
“Di fase new normal ini, wisatawan bakal memilih staycation di hotel budget tapi yang memberikan pengalaman menginap unik. Hotel-hotel berkapasitas kecil ini akan lebih diminati karena dapat memberikan rasa aman dan nyaman ketika berlibur pasca-Covid-19,” tambahnya.