Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah merealisasikan sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA) hingga Rp147,4 triliun per April 2020 ini seiring dengan meningkatnya penarikan utang pada bulan tersebut.
SiLPA pada APBN per April 2020 mencapai Rp147,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan pada April tahun lalu yang hanya sebesar Rp44,2 triliun dan pada Maret 2020 dimana SiLPA tercatat hanya sebesar Rp74,2 triliun.
Hal ini menandakan bahwa pemerintah menarik utang yang cukup tinggi pada April dibandingkan pada bulan bulan sebelumnya.
Tercatat, pembiayaan utang per Maret 2020 tercatat hanya sebesar Rp76,5 triliun. Per April 2020, nominal pembiayaan utang melonjak menjadi Rp223,8 triliun.
Dengan ini, utang yang ditarik oleh pemerintah pada bulan April 2020 sendiri jauh lebih tinggi dibandingkan utang yang ditarik secara keseluruhan pada kuartal I/2020.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pemerintah perlu menyiapkan banyak dana untuk menghadapi situasi dan kebutuhan belanja ke depan.
Baca Juga
"Ini untuk kesiapan APBN dalam rangka belanja mendadak, apalagi kita perlu memastikan kesiapan anggaran untuk belanja kesehatan dan bansos," kata Suahasil.
Adapun belanja belanja untuk penanganan Covid-19 sudah dialokasikan pada pos anggarannya masing masing dan sedang menunggu untuk dialokasikan.
Sebagai gambaran, per April 2020 tercatat realisasi belanja negara masih mencatatkan kontraksi sebesar 1,4 persen (yoy) dengan realisasi hingga Rp624 triliun. Tekanan timbul terutama karena transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) yang mengalami kontraksi 8 persen (yoy) dengan realisasi sebesar Rp241,4 triliun.
Pendapatan negara tercatat masih bertumbuh hingga 3,2 persen (yoy) di tengah situasi Covid-19 dengan realisasi sebesar Rp549,5 triliun.
Meski demikian, pendapatan negara diproyeksikan bakal melambat pada bulan bulan ke depan seiring dengan semakin dalamnya dampak pandemi terhadap perekonomian.
Tekanan pada pendapatan negara sendiri sudah nampak pada penerimaan perpajakan yang terkontraksi 0,9 persen (yoy) dengan realisasi sebesar Rp434,3 triliun.