Bisnis.com, JAKARTA — Strategi kontraktor kontrak kerja sama untuk memangkas penggunaan rig dan pengeboran sumur pada saat ini dinilai menjadi salah satu langkah yang paling berdampak besar terhadap efisiensi.
Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan bahwa sebaiknya efisiensi yang dilakukan dengan memangkas jumlah pengeboran dilakukan para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).
Pasalnya, pemangkasan pengeboran dampaknya pada sumur eksplorasi akan memperkecil peluang ditemukannya cadangan minyak baru. Sementara, jika pemangkasan jumlah pengeboran ditahap eksploitasi dan produksi secara tidak sadar mengurangi laju produksi.
"Itu memang yang paling signifikan yang lain ya, standar efisiensi seperti perusahaan atau industri lain seperti hal-hal administrasi atau negosiasi harga dari supplier," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (13/5/2020).
Menurutnya, untuk kondisi industri hulu migas dalam negeri saat ini, upaya pemangkasan pengeboran sumur lebih kepada menjaga arus kas perusahaan migas.
Sementara itu, pemangkasan pengeboran sumur tidak merujuk kepada kondisi high inventory yang dialami oleh para KKKS.
Baca Juga
"Tidak terlalu relevan dalam kasus Indonesia karena kita bukan yang produksinya sudah berlebih," jelasnya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan optimalisasi anggaran untuk KKKS karena kondisi harga minyak yang rendah dan pandemi Covid-19.
SKK Migas dan KKKS akan melakukan optimalisasi biaya agar lebih efisien dari sisi biaya operasi dan ekonomis, untuk mempertahankan produksi minyak dan gas, tanpa pemangkasan jumlah pekerja, dan efek berganda tetap berjalan.