Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia menilai kondisi perekonomian global yang mengalami perlambatan dan pandemi Covid-19 akan berdampak pada sektor konstruksi dari sisi keberlangsungan proyek dan material bahan baku.
Wakil Sekjen II Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional (Gapensi) Errika Ferdinata mengatakan ada beberapa dampak yang dirasakan sektor konstruksi dengan adanya pandemi Covid-19 ini, termasuk dengan perlambatan ekonomi dan adanya pergeseran atau relokasi anggaran untuk fokus ke penanganan Covid-19 ini.
"Pastinya [jumlah] proyek akan turun. Kemudian dari sisi dunia usaha juga [alami] kondisi berat," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (20/3/2020).
Dia menjelaskan di ranah business to business atau B2B, perusahaan-perusahaan yang tadinya ingin berinvestasi untuk pembangunan akan lebih memilih prioritas untuk alokasi dalam mempertahankan bisnisnya di kondisi yang penuh ketidakpastian seperti saat ini.
Adapun, dari pasar business to consumer seperti rumah tangga atau perumahan juga akan mengalami hal yang sama dengan tidak membangun dalam rentang waktu tertentu atau periode 1 - 2 bulan ini untuk mengalokasikan anggaran pada kebutuhan lain yang lebih prioritas.
Menurutnya, permintaan di area Jabotabek untuk pembangunan rumah dan renovasi juga diperkirakan akan mengalami penurunan di tengah kondisi yang menantang seperti saat ini.
Baca Juga
"Jadi dampak itu, pemerintah pasti akan turun drastis, B2B akan fokus untus mengatasi dampak krisis ini, B2C dan customer to customer juga akan berpikir. Jadi anggota kami pasti akan berkurang dari sisi proyeknya," katanya.
Selain itu, dampak lainnya adalah dari sisi material bahan baku. Dia mengatakan kondisi saat ini dengan adanya pembatasan akan mengganggu suplai material.
Menurutnya, kondisi ke depan yang dipenuhi ketidakpastian juga akan berpengaruh pada sektor konstruksi. Apalagi, imbuhnya, sektor konstruksi cukup rentan dengan adanya pembatasan atau lockdown, termasuk yang telah diterapkan di beberapa negara. Di Indonesia juga sudah ada pembatasan pergerakan masuk dari negara-negara dengan wabah Covid-19.
Dia mengatakan proyek-proyek infrastruktur yang masih bisa berjalan mungkin yang memiliki prioritas seperti fasilitas untuk penanganan Covid-19, seperti rumah sakit darurat dan lainnya.
"[Memang] ada proyek masih jalan, tapi prioritas, ini lagi masa berat menurut saya," katanya.
Selain itu, menurutnya, kemungkinan proyek infrastruktur yang sedang berjalan akan tertunda juga besar karena baik pemerintah pusat maupun daerah menetapkan untuk bekerja dari rumah sehingga ada kemungkinan proyek di berbagai level mulai dari skala kecil, menengah, dan besar akan tertunda.
Menurutnya kemungkinan ada penundaan selama 1-2 bulan untuk proyek konstruksi sehingga membuat kontraktor tidak bekerja. Padahal, keberadaan proyek itulah yang memastikan keberlangsungan dari sektor konstruksi itu sendiri.
"Kalau punya cash flow aman tidak apa-apa, tapi kalau mepet itu bahaya buat kontraktor. Menurut saya pemerintah juga harus turun tangan, bagaimana sektor konstruksi bisa jalan, ini sektor yang padat karya. Pekerja konstruksi itu paling bawah dan dibayar kalau bekerja, sangat rentan, itu dampak ekonominya, akan ada pengangguran cukup besar di sektor ini," katanya.
Gapensi mengatakan sektor konstruksi pada tahun lalu juga sudah terkena dampak pemilu yang membuat proyek-proyek ditunda. Di tahun ini, dampak pandemi Covid-19 akan juga berdampak pada sektor ini.
"Tahun ini tidak menentu. Jadi sektor konstruksi semakin terpukul, tahun lalu sudah berat, tahun ini makin berat lagi. Ketidakpastiannya kencang banget, B2C akan turun, B2B berat, yang diharapkan konstruksi paling goverment spending tapi itu juga tergantung proyeknya, " katanya.
Menurutnya harus ada diskusi antara seluruh pemangku kepentingan di sektor konstruksi, termasuk pemerintah dan masyarakat jasa konstruksi mengenai langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan sektor jasa konstruksi.