Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Dampak Corona, Penjualan Properti di Jabar Merosot 40 Persen

Asosiasi pengembang mencatat penjualan properti di Jawa Barat mengalami penurunan hingga sekitar 40 persen akibat terdampak corona.
Ilham Budhiman
Ilham Budhiman - Bisnis.com 19 Maret 2020  |  13:04 WIB
Dampak Corona, Penjualan Properti di Jabar Merosot 40 Persen
Foto udara perumahan bersubsidi di Griya Panorama Cimanggung, Parakan Muncang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Minggu (8/3/2020). Organisasi Real Estate Indonesia (REI) menyatakan, kuota rumah subsidi yang disalurkan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Properti (FLPP) sebanyak 86.000 unit rumah diperkirakan akan habis pada April 2020. ANTARA FOTO - Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan properti di Jawa Barat merosot hingga 40 persen menyusul adanya sentimen pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19 yang merebak di Tanah Air.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Jawa Barat Joko Suranto mengatakan bahwa pandemi virus corona semakin memperparah kondisi industri properti yang sejak beberapa tahun belakangan telah mengalami perlambatan.

"Ditambah sekarang adanya ketidakpastian membuat semakin turun terhadap daya beli," ujar Joko saat dihubungi Bisnis, Rabu (18/3/2020).

Dia menyatakan bahwa sentimen corona yang turut mempengaruhi pasar properti di Jabar akan berimbas pada kinerja keuangan dari setiap perusahaan properti. Oleh sebab itu, dia berharap agar pihak terkait segera mengambil tindakan dengan mengeluarkan stimulus.

"Apapun bentuknya, relaksasi saat ini sangat diperlukan [di sektor properti], termasuk pajak," katanya.

Pemerintah sebelumnya memang telah menyiapkan insentif Rp1,5 triliun sebagai antisipasi dampak corona dengan mengaktifkan kembali Subsidi Selisih Bunga (SSB) sebesar Rp800 miliar dan tambahan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) Rp700 miliar.

Hanya saja, penambahan subsidi itu harus dibarengi dengan stimulus lanjutan karena kondisi saat ini semakin tertekan. Terlebih, jika pemerintah ingin terus melanjutkan program sejuta rumah untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Apalagi, Joko mengakui bahwa penjualan turun hingga 40 persen itu berasal dari segmen MBR, sedangkan segmen menengah atas angkanya lebih besar lagi.

Melihat kondisi saat ini, imbuhnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan sudah seharusnya dapat segera meresponnya dengan cepat.

"Mestinya kita berharap OJK atau perbankan sudah mampu mendeteksi [kebutuhan] itu. Sudah beberapa kali kita sampaikan terkait relaksasi-relaklasi dari proses bisnis KPR itu sendiri," katanya.

Kepada OJK dan perbankan, dia berharap agar dapat memberi ruang pada konsumen yang berencana membeli rumah, tetapi terkendala karena sebelumnya tidak lolos dengan sejumlah catatan. Joko meminta agar calon konsumen tersebut diberi kelonggaran kredit atau dalam kata lain pemutihan secara administratif.

Dalam data yang dirilis REI, target realisasi pembangunan hunian bersubdisi REI Jabar pada tahun ini mencapai 28.204 unit. Tahun lalu, realisasi REI Jabar mencapai 34.371 unit atau lebih tinggi dari tahun 2018 sebesar 33.185 unit dan 2017 yang mencapai sekitar 24.000 unit.

Joko mengatakan bahwa sentimen corona juga telah menghambat pembangunan proyek yang tengah dikerjakan. Meskipun demikian, dia akan memantau terlebih dahulu kondisi di lapangan untuk kemudian mengukur terhadap kebutuhan dari realisasi atas penjualan yang ada.

"Kita harapkan [dengan kondisi ini] penjualan ke kalangan menengah ke bawah dan MBR masih bisa terus berjalan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

properti rei Virus Corona covid-19
Editor : Fitri Sartina Dewi

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top